Banjir Ancam Pulau Jawa

Cikwan Suwandi
20/11/2016 08:01
Banjir Ancam Pulau Jawa
(MI/Cikwan)

SEKITAR 60 juta orang Indonesia saat ini terancam terkena banjir besar. Penyebabnya, daya tampung air kecil dan tidak seimbang dengan datangnya air.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei, menyebutkan hampir 136 kabupaten/kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi sangat baik memiliki potensi bencana sangat tinggi. “Ada sekitar 60 juta warga Indonesia yang kini terancam bencana banjir dan 80% yang terkena dampak bencana dengan korban paling banyak ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur,” ungkap Willem kepada Media Indonesia di Karawang, Jawa Barat, kemarin.

Banjir yang mayoritas mengepung Pulau Jawa itu terjadi akibat cuaca ekstrem, perubahan iklim, ditambah dengan ulah manusia yang memicu degradasi lingkungan. “Itu semua menjadi tantangan buat kita. Daya tampung air tidak seimbang dengan datangnya air,” terangnya.

Dia mencontohkan, banjir yang terjadi di Kabupaten Karawang disebabkan Sungai Citarum mengalami pendang­kalan hingga 70%. “Ini terlihat dari keruhnya air sungai sehingga dapat disimpulkan pendangkalannya sangat parah,” papar Willem.

Dalam waktu dekat, BNPB akan melakukan pengerukan di sejumlah titik Sungai Ci­tarum untuk melakukan antisipasi terhadap hujan pada Desember hingga Januari.
“Kita ketahui hujan deras diperkirakan akan mengguyur pada Desember dan Januari. Namun, pada November saja Karawang sudah banjir. Pengerukan ini sebagai langkah cepat,” pungkasnya.

Dari Jawa Tengah, akibat meluapnya Sungai Kendal, jalur pantura dan Kantor Bupati Kendal serta beberapa kelurahan terendam banjir dengan kedalaman antara 30 cm dan 50 cm.

Berdasarkan pantauan Media Indonesia di pantura kemarin, banjir di Kendal menyebabkan ratusan kendaraan dari arah barat (Pekalongan) menuju timur (Semarang) tersendat. “Perkantoran saat ini masih libur sehingga tidak terlalu mengganggu aktivitas. Namun, beberapa kegiatan yang dilaksanakan di pendopo kantor bupati terganggu karena masih terendam banjir,” kata Sapawi, 50, warga Kebondalem, Kendal.

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kendal, Slamet, mengatakan banjir yang terjadi untuk kedua kalinya selama November disebabkan meluapnya Sungai Kendal. “Gorong-gorong tidak mampu menampung volume air,” jelasnya.

Antisipasi
Di daerah lain seperti di Kota Palangkaraya dan Kenda­ri, pemerintah setempat telah melakukan antisipasi.

Pemerintah Kota Palangkaraya meminta masyarakat di ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah semangat melaksanakan gotong royong untuk mengantisipasi banjir dan genangan air, terutama pada musim hujan. Wakil Wali Kota Mofit Saptono Subagio di Palangkaraya, Sabtu mengatakan tradisi gotong royong harus terus dilakukan masyarakat dalam upaya mengantisipasi banjir.

Demikian juga dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Kepala BPBD Kendari, Suhardin, telah meminta warga agar siaga terhadap kemungkinan berbagai bencana alam yang terjadi akibat hujan deras dan angin kencang. (AS/YK/Ant/N-3)

cikwan@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya