Banjir Ancam Sektor Pertanian Palangka Raya

Antara
09/11/2016 21:33
Banjir Ancam Sektor Pertanian Palangka Raya
(MI/Amiruddin Abdullah)

LUAPAN air Sungai Kahayan yang menggenangi sejumlah wilayah di Kota Palangka Raya sejak beberapa waktu lalu, mulai mengancam sektor pertanian di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah ini.

Wakil Wali Kota Palangka Raya, Mofit Saptono Subagio, di Kelurahan Kalampangan, Palangka Raya, Rabu (9/11), mengatakan, akibat luapan air sungai yang menggenangi lahan warga, sejumlah petani di wilayah itu mulai mengalami kerugian.

"Secara umum para petani yang berada di Kelurahan Kalampangan mengalami kerugian, sebab menurut keterangan perani modal awal mereka melakukan usaha mencapai Rp3-4 juta tetapi hasilnya jauh di bawah modal. Maka sudah bisa dipastikan kerugian material untuk modal usaha mereka cukup besar untuk setiap kepala keluarga (KK)," katanya.

Pernyataan itu diungkapan Wawali seusai dia nersama pihak dinas pertanian kota, camat, dan lurah setempat mengunjungi sejumlah petani di kelurahan yang berjarak sekira 30 menit perjalanan dari Kota Palangka Raya yang lahan garapannya terendam banjir.

Mofit mengatakan, rata-rata petani di wilayah itu menggarap lahan seluas 1 hingga 1,5 hektare dengan mayoritas menanam tanaman hortikultura seperti sayuran hijau, cabai dan jagung.

Hasil pertanian masyarakat di kelurahan ini juga menjadi salah satu pemasok utama kebutuhan pangan masyarakat di Ibu Kota Provinsi berjuluk "Bumi Tambun Bungai" dan "Bumi Pancasila" ini.

"Mudah-mudahan yang dialami oleh para petani tersebut tidak sampai mengurangi pasokan di pasaran, sebab apabila itu terjadi maka dipastikan akan terjadi inflasi dan akan berdampak yang lebih luas lagi. Namun sampai saat ini masih aman," katanya.

Meski banjir telah melanda kawasan sentra pertanian itu, pihak Pemkot belum memiliki data akurat terkait jumlah petani dan kerugian yang diderita akibat meluapnya air Sungai Kahayan itu.

"Saat ini juga saya sudah meminta lurah dan camat untuk mendata para petani yang mengalami bencana tersebut sehingga kita bisa mengetahui berapa jumlah kerugian yang dialami. Dalam waktu dua hingga tiga hari saya tunggu data itu," katanya.

Dia pun menyatakan tidak bisa berbuat apa-apa terkait musibah tersebut karena selain lokasi pertanian yang tergolong rendah, banjir di lokasi itu juga tergantung dari jumlah debit air sungai.

Suyitno, salah satu petani yang telah berusia lanjut, mengatakan, lahannya telah tergenang sejak empat hari lalu. Keadaan itu membuat sejumlah tanamannya mati membusuk.

"Saat ini tanaman yang saya tanam adalah jenis jagung. Ini karena menyesuaikan dengan permintaan pasaran menjelang tahun baru mendatang. Namun karena dampak banjir semua tanaman mati, sehingga dipastikan tidak akan ada panen," katanya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya