Bocah Pengidap Kanker Neuro Blasma belum Jua Dapat Ruang Khusus

Depi Gunawan
09/11/2016 20:48
Bocah Pengidap Kanker Neuro Blasma belum Jua Dapat Ruang Khusus
(MI/DEPI GUNAWAN)

MIRIS ketika melihat kondisi tubuh balita Farzana Adelia Khairin. Bocah laki-laki berusia tiga tahun yang disapa Adel itu divonis terkena penyakit kanker Neuro Blasma atau tumor Wiliam di bagian perutnya.

Di saat butuh penanganan dokter segera, keluarga Adel dihadapkan kenyataan pahit karena ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit) di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung, Jawa Barat, terisi penuh sehingga harus menunggu sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.

Ditemui di kediamannya di Jalan Kebon Cau No 13 RT 02 RW 01, Kelurahan Setiamanah, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Mimin Karmini, 48, tidak kuasa menahan sedihnya karena harus berpisah sementara dengan cucu kesayangannya itu.

"Kami merasa kehilangan Adel yang selalu ceria, sebab sejak 26 Oktober lalu ia harus dirawat di rumah sakit karena terkena penyakit mematikan yang kata dokter disebut kanker Neuro Blasma," tuturnya lirih, Rabu (9/11).

Menurut Mimin, Adel diketahui mengidap kanker Neuro Blasma sejak April 2016. Menurut dokter, satu-satunya cara untuk menyembuhkan penyakit Adel ialah dengan jalan operasi sebelum sel jahat dalam tumor menyerang organ lainnya.

"Sebelum dioperasi, Adel harus mendapat perawatan khusus di ruang PICU (Pediatric Intensive Care Unit). Biayanya sehari bisa sampai Rp6 juta, belum biaya operasi," tutur Mimin.

Sayangnya, saat ini PICU yang merupakan ruang khusus perawatan anak dengan penanganan khusus di RSHS masih terisi penuh. Bahkan, kabarnya, pasien dengan penyakit yang sama di RSHS belum mendapatkan ruang PICU sampai tiga bulan lamanya.

Cobaan yang dihadapi pihak keluarga Adel pun semakin berat, karena walaupun nanti akhirnya tersedia ruang PICU yang kosong, Mimin belum tahu dari mana harus membayar biaya perawatan dan operasi yang diperkirakan mencapai Rp100 juta.

Pasalnya, ia tidak mempunyai pekerjaan tetap, sedangkan suaminya merupakan penjahit rumahan yang penghasilannya tidak menentu dan tergangung pesanan.

"Sebenarnya pihak RSHS sudah menyarankan Adel dirawat di RS Advent karena ada ruang PICU yang kosong, tapi di sana kan enggak bisa menerima BPJS, harus berasal dari pasien umum, tapi kembali lagi biayanya dari mana?" ujarnya.

Selama ini, segala usaha sudah dilakukan untuk mencari biaya pengobatan Adel, termasuk meminta bantuan kepada pihak Pemerintah Kota Bandung melalui anggota DPRD Kota Cimahi, tetapi sampai saat ini pun belum mendapat tanggapan.

Saat ditanya kondisi Adel sekarang, Mimin mengatakan, perut sang cucu semakin membesar. Jika tidak segera dilakukan penanganan, ia khawatir kondisinya kian parah dan mengancam jiwanya.

"Selama di rumah sakit, Adel sehari-hari ditemani ibu dan ayahnya. Kalau saya harus menjaga rumah, sesekali saya datang ke rumah sakit untuk menengok sambil mengantarkan bekal makanan untuk ibunya," terangnya.

Sementara itu, Dinas Kesehatan Kota Cimahi berjanji akan memfasilitasi agar Farzana bisa segera dioperasi meski ruang PICU di RSHS Bandung sedang terisi penuh.

"Kami akan coba datang ke RSHS, dengan harapan pihak RSHS bisa menyediakan ruang PICU bagi Adel agar supaya segera dilakukan operasi," ungkap Kadinkes Kota Cimahi, Pratiwi. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya