Petani Lahan Gambut Didorong Kembangkan Produk Unggulan

Solmi
07/11/2016 16:06
Petani Lahan Gambut Didorong Kembangkan Produk Unggulan
(ANTARA)

PARA perwakilan petani dan perangkat desa dari tujuh provinsi yang mengikuti kegiatan Jambore Masyarakat Gambut (JMG) 2016. Acara yang digelar selama tiga hari (5 s/d 7 November) di Kota Jambi didorong untuk mengembangkan produk pertanian unggulan dari lahan gambut.

"Banyak komoditi pertanian yang bisa digarap. Gambut bisa ditanamikopi liberika. Tanaman kopi tidak merusak, dan kopi bisa menjadipilihan untuk dikembangkan di lahan gambut," kata Veronica Herlina,Direktur Eksekutif Sustainable Platform Coffee Indonesia (SCOPI) mencontohkan.

Veronica merupakan satu dari tiga pemateri utaa acara Dialog dan Pentas Inovasi Rakyat pada JMG yang dipusatkan di Gedung Olahraga (GOR) Kota Baru, Minggu. Selain Veronica, ikut juga dua pemateri handal lainnya, yakni Tjahjo Muhandri dari Teknologi Tanaman Pangan dan Diyan Hastarini dari peneliti pasar komoditi.

Adapun para petani dan juga perangkat desa yang hadir dalam dialog inovasi rakyat tersebut datang dari provinsi yang memilikiy lahan gambut, yakni Papua, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Riau dan Jambi.

Petani di lahan gambut menurut Veronika harus bisa mengambil peluang dalam pengembangan kopi jenis liberika. Jenis kopi tersebut mempunyai prospek yang bagus karena bisa tumbuh di lahan gambut dan peminat pasarnya juga besar.

"Prospek kopi sangat bagus dikembangkan, karena sekarang orang semakin banyak yang suka minum kopi, dalam pengembangan kopi jenis ini sudah ada petani di Jambi yang mengembangkannya," katanya.

"Kalau sudah mengembangkan kopi liberika, nanti SCOPI akan berupaya membantu pemasarannya dengan membuka jaringan ke pedang-pedagang dan pengusaha kopi," kata dia.

Menurut Tjahjo Murhandi, selain kopi, produk pertanian yang bisa dikembangkan di areal lahan gambut diantaranya bisa, Nanas, Kakao, Jelutung dan berbagai pertanian lainnya.

Dalam produk pertanian yang sudah dihasilkan itu, para petani juga didorong untuk berinovasi dalam srategi pemasaran produk pertanian yang dihasilkan dari lahan gambut.

Sementara berdasarkan hasil penelitian di berbagai daerah, Diyan Hastarini selaku Peneliti Pasar Komoditi Pertanian itu mencontohkan dari hasil analisanya yang menggunakan "Rantai Nilai" itu, dia memetakan hambatan yang sering dialami petani yakni hama dan pupuk yang harganya mahal.

"Selain itu ada hambatan yang sering dialami pedagang adalah masalah transportasi, akses jalan yang rusak, karena kalau akses jalan rusak tentu produk yang dibeli semakin mahal dan petani pun kesulitan untuk memasarkannya," kata dia.

Sebab itu dalam memulai mengembangkan komoditi pertanian itu petani harus bisa merencanakan terlebih dahulu hingga proses akhir pemasaran produk.

"Jadi harus kita analisa dulu dari awal. Mulai perencanaan benih dan bibitnya, lahannya hingga proses pemasaran produk pertanian yang dikembangkan itu," kata Diyan. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya