Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
OPERASI pengejaran dan perburuan terhadap sisa-sisa kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) oleh Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala 2016, tidak menghambat aktivitas warga di wilayah operasi.
Meski dulu banyak warga yang berprofesi sebagai petani enggan untuk berkebun di lahannya, kini mereka sudah beramai-ramai kembali ke perkebunannya masing-masing.
Bahkan, ada dari beberapa petani yang sampai menginap di sejumlah rumah kebun milik mereka. "Mayoritas masyarakat kami di Desa Bakti Agung ini adalah petani perkebunan, sekarang semua kembali berkebun di lahannya masing-masing tanpa takut adanya operasi," kata Kepala Desa Bakti Agung, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Yusmanto saat dihubungi dari Palu, Senin (7/11).
Dia mengaku, meski wilayah perkebunan warga masuk dalam wilayah operasi, tidak menyurutkan langka warganya untuk mengolah lahan perkebunannya.
Hal tersebut bukan dipaksakan, karena memang mereka tidak takut lagi ditambah ada pengawasan dari Satgas Tinombala. "Yang makin bikin warga kami berani karena dapat jaminan juga dari Satgas, sehingga mereka tetap bertani seperti hari-hari sebelum adanya operasi," jelas Yusmanto.
Sementara itu, menurut seorang petani I Made Sudarta ,47, ketakutan untuk bertani di perbukitan desanya sudah hilang. Dan ia beraktivitas seperti biasanya. Pun demikian sering bertemu dengan Satgas yang tengah patroli.
"Dulu kita ketakutan, sekarang santai-santai saja. Biasa sedang mencangkul di lahan ada Satgas lewat kami ajak singgah untuk minum kopi, kadang juga ajak mereka untuk makan bersama. Sekarang sudah sangat jauh berbeda dengan dulu," akunya.
Memang pasca kelompok itu semakin melemah dan Satgas Tinombala semakin rutin meggelar patroli membawa keamanan dan kenyamanan tersendiri bagi mayarakat yang nota benenya sebagai petani di Poso, khususnya warga di Desa Bakti Agung.
Betapa tidak, dulunya mereka yang takut jika ditemui kelompok tersebut atau pun Satgas yang menggelar operasi terpaksa harus meniggalkan lahan perkebunannya dan memilik jalur usaha lain.
Kini mereka telah kembali dan menggarap lahannya dengan begitu baik, pundi rupiah pun mengalir dengan baik setelah hasil panen mereka laku terjual.
"Lumayanlah hasil perkebunan kami sekarang, apa lagi biji kakao yang kami tanam dan beberapa tanaman lainnya baru saja panen. Cukup untuk biaya anak sekolah dan makan sehari-hari, termasuk untuk ditabung sebagian," tambah petani lainnya, Sudarmin,49.
Made dan Sudarmin mengaku sejak awal Februari lalu mulai kembali berkebun hingga saat ini. Bahkan tidak hanya mereka yang kembali berkebun, melainkan hampir seluruh warga desa yang notabenenya sebagai petani kembali ke lahannya masing-masing.
Kabid Humas Polda Sulteng, AKB Hari Suprapto mengatakan, sudah beberapa bulan terakhir Satgas melakukan pendampingan terhadap petani yang ingin berkebun di Poso. Bahkan, ada beberapa Satgas yang ditugaskan untuk membantu proses tanam dan panen petani.
"Sekarang operasi tidak hanya fokus pada pengejaran, melainkan juga sudah berkembang ke pelbagai kegiatan sosial, seperti membantu proses tanam petani dan panen," ungkapnya, terpisah.
Di sisi lain, operasi pengejaran dan penangkapan terhadap sisa-sisa kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) masih dilakukan.
Meski Satgas yang terdiri dari TNI dan Polri telah menewaskan pimpinan tertinggi kelompok itu yakni, Santoso alias Abu Wardah, namun belum bisa menangkap hidup atau pun mati keseluruan anggota yang ada di kelompok tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpun Media Indonesia, tersisa 10 orang lagi anggota MIT yang masih diburu di hutan dan pegunungan Poso. Mereka di antaranya, Ali Kalora, Firdaus alias Daus alias Barok Rangga, Kholid, Askar alias Jaid alias Pak Guru, Qatar alias Farel, Suhartono alias Yono Sayur alias Pak Hiwan, Abu Alim, Muh Faisal alias Namnung alias Kobar, Nae alias Galuh, dan Basir alias Romzi.
"Sampai saat ini keberadaan mereka terdeteksi masih di seputaran wilayah Kecamatan Poso Pesisir Selatan dan Utara, hanya kami belum dapat memetakan pasti di mana titik persembunyiannya," tambah Hari.
Dia memastikan kelompok yang telah terafiliasi dengan Islamic State tersebut semakin melemah dan terkepung. Hal tersebut pasti karena masih ada ribuan Satgas yang diturunkan mengejar mereka di hutan dan pegunungan Poso. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved