Presiden: Stok Beras Diperbesar Dulu, Baru Bicara Ekspor

Widjajadi
29/10/2016 13:55
Presiden: Stok Beras Diperbesar Dulu, Baru Bicara Ekspor
(ANTARA/Wahyu Putro A)

PRESIDEN Joko Widodo terus mendorong stok beras bisa terus diperbesar, baru kemudian berbicara soal ekspor.

" Sebaiknya kita memperbesar stok beras dulu, baru kemudian berbicara soal ekspor. Namun begitu untuk ekspor ( beras ) kualitas baik kan sudah terjadi setiap tahun dimulai sejak tahun kemarin," tegas Presiden Jokowi ketika menyaksikan panen padi sistem teknologi jajar legawa super dengan mempergunakan benih varietas unggul jenis Inpari 30, 32, dan 33 di Desa Trayu, Banyudono, Boyolali, Sabtu ( 29/10) siang.

Kepala Negara beserta Ibu Iriana Joko Widodo datang ke lokasi panen demoarea seluas 100 hektare di Desa Trayu dan Desa Tanjungsari, Kecamatan Banyudono, dalam rangkaian peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-36 yang dipusatkan di Boyolali.

Presiden Jokowi yang didampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo menunjukkan ekspresi senang, ketika mendapatkan penjelasan dari Kades Tanjungsari Joko Sarjono yang mengatakan, hasil panen demplot Inpari 30 mencapai 11,1 ton, Inpari 32 sebanyak 11,3 ton, dan Inpari 33 yang diyakini bisa mencapai 12 ton.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu tidak risih ketika terjun ke areal panen demoarea yang penuh lumpur, meski mengenakan pakaian batik lengan panjang yang digulung. Didampingi Amran dan Eko, Jokowi tampak memeriksa rontokan dami yang relatif bersih dari loses atau gogrokan gabah yang dipanen dengan mesin pemanen itu.

Beberapa kali Presiden menjumput dami yang keluar dari mesin pemanen, dan beberapa kali mengangguk-anggukan kepala sebelum melepas kembali dami ke areal panen.

Di depan para wartawan yang mengikuti peninjauan ke areal panen padi teknologi Jarwo Super dan sistem minapadi di Desa Trayu dan Tanjungsari, Presiden Jokowi menunjukkan rasa optimismenya bahwa produksi padi nasional akan terus meningkat, jika melihat hasil uji coba panen di areal 100 hektare yang ada di Desa Trayu dan Tanjungsari tersebut.

"Dari penjelasan kepala desa tadi, ternyata hasil panen (meningkat) hampir dua kali lipat. Nanti kalau sudah benar, sudah betul ya harus diperluas lagi, sehingga hasil nasional akan semakin meningkat tajam," imbuh Jokowi.

Dia memaparkan, jika melihat data yang ada, yakni stok tahun lalu pada September-Oktober yang mencapai 1,030 juta ton dan sekarang stok beras kita mencapai 1,98 juta ton, berarti ada peningkatan drastis. Ini terjadi, karena pertama tahun ini air melimpah, dan kedua penggunaan benih ungguh, yang membuat hasil semakin baik. Dan bahkan dipastikan,hingga akhir tahun tidak akan ada impor.

Karena itulah, Kepala Negara mengajak kepada para petani dan jajaran Kementan untuk terus bekerja keras.

"Yang penting kita memperbesar stok terlebih dahulu, baru setelah itu bicara ekspor. Meskipun untuk beras kualitas baik, kita sudah melakukan ekspor setiap tahun sejak tahun kemarin," tegas Jokowi sekali lagi.

Sementara itu Mentan Amran menegaskan, peningkatan produksi padi tahun ini yang mencapai 21%merupakan terbesar sepanjang sejarah, meski dalam proses perjalanannya dihadang oleh fenomena anomali cuaca El Nina.

"Ini gangguan yang hebat, tapi kita bisa melalui, dan bahkan mampu menunjukkan peningkatan hasil produksi yang naik 4 juta ton dari tahun kemarin yang masih 75 juta ton GKG," ujar dia.

Seiring dengan peningkatan produksi yang terjadi di lapangan, Mentan Amran mengatakan, pemerintah akan terus mendorong pengelolaan tanaman pangan dengan teknologi baru,dengan menyiapkan subsidi benih unggul untuk areal seluas 4 juta hektare, dan satu juta hektare lagi sebagai bantuan gratis. Setelah swasembada beras nanti tercapai, pemerintah akan terus melakukan pendekatan bagi kesejahteraan petani.

Pada bagian lain, Amran juga menegaskan, bersamaan dengan penguatan teknologi pertanian, akan dikembangkan pula pertanian organik. Hal itu ditegaskan karena pertanian organik mempunyai banyak keunggulan, di samping harganya lebih mahal, terutama di wilayah perbatasan.

Begitu halnya untuk sektor tanaman pangan lain, seperti bawang yang kini sudah mampu untuk mengkonsumsi sendiri tanpa impor lagi. " Bahkan Jawa Tengah telah mulai ekspor," ujar dia sekali lagi. (FR/OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya