Pelayaran ke Pulau Terpencil Kotabaru Terhenti

Denny Saputra
11/10/2016 14:52
Pelayaran ke Pulau Terpencil Kotabaru Terhenti
(ANTARA/Rivan Awal Lingga)

SEJAK sepekan terakhir kapal motor KM Sabuk Nusantara milik Dirjen Perhubungan Laut berhenti melayari rute pelayaran perintis ke pulau-pulau terpencil di Kecamatan Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Kondisi ini menyebabkan puluhan calon penumpang terlantar dan warga Pulau Sembilan terisolasi.

Kepala Dinas Perhubungan Kotabaru,Sugianor, Selasa (11/10), membenarkan tidak beroperasinya KM Sabuk Nusantara yang selama ini melayari rute Kotabaru menuju pulau-pulau terpencil di Kecamatan Pulau Sembilan.

"Tidak beroperasinya KM Sabuk Nusantara karena kapaltersebut akan menjalani perbaikan atau dok," tuturnya.

Namun akibat tidak beroperasinya satu-satunya kapal yang melayari rute pelayaran perintis ini membuat banyak calon penumpang terlantar dan terisolasinya warga yang bermukim di gugusan kepulauan Pulau Sembilan.

Menurut Sugianor informasi dari PT Pelni selaku operator pelayaran perintis ini, KM Sabuk Nusantara dijadwalkan menjalani perbaikan atau masuk dok dan sebagai gantinya dalam waktu dekat akan datang KMSN 57 dari Surabaya.

"Dijadwalkan pada Kamis (13/10)KM SN 57 pengganti KM Sabuk Nusantara akan tiba di Kotabaru dan diharapkan pekan depan pelayaran ke Pulau Sembilan sudah kembali normal," ujarnya.

Selama ini pemerintah mengoperasikan sebuah kapal untuk melayani rute perintis ke kepulauan terpencil di wilayah IndonesiaTimur termasuk Kotabaru.

Sayangnya pelayaran ke wilayah terpencil ini kerap terganggu seperti habisnya kontrak kapal perintis setiap tahun yang memakan waktu lama untuk proses perpanjangan izin berlayar, serta masalah ancaman cuaca buruk di perairan. Saat ini tinggi gelombang laut di wilayah perairan laut Kalimantan dan Laut Jawa mencapai dua meter dan bisa mencapai empat meter saat kondisi cuaca buruk.

Sugianor juga mempertanyakan kasus putusnya kontrak kapal perintis yang selalu terjadi setiap akhir tahun dan berpengaruh pada nasib masyarakat. Kondisi ini berpengaruh pada melambungnya harga kebutuhan pokok masyarakat dan terganggunya transportasi ke kawasan pulau terpencil Pulau Sembilan.

"Sebagian warga terutama para pedagang, terpaksa mencarter kapal motor milik nelayan dengan bayaran Rp2 juta-Rp3juta sekali jalan ke Pulau Sembilan. Namun bagi warga biasa, biaya ini sangat mahal," ucapnya.

Warga pun menjadi terisolasi karena tidak bisa bepergian keluar pulau, kecuali menumpang kapal-kapal nelayan. Kondisi nya juga berpengaruhpada sektor lainnya seperti kegiatan pemerintahan kecamatan maupun pendidikan,serta pelayanan kesehatan.

Tercatat ada sekitar 6.000 warga yang mendiami tiga pulau besar di wilayah terpencil Kecamatan Pulau Sembilan, Kabupaten Kotabaru. Kecamatan Pulau Sembilan terdiri dari lima desa dan memiliki 21 pulau besar dan kecil, berjarak 22 mil sebelah selatan Kotabaru. Wilayah ini lebih dekat dengan Provinsi Jawa Timur dan memerlukan waktu hingga 12 jam menggunakan perahu motor dari Kotabaru.

Warga yang bermukim di pulau ini merupakan masyarakat terpencil dan mayoritas berprofesi sebagai nelayan. Pulau-pulau di gugusan Pulau Sembilan seperti Pulau Mata Sirih dan Pulau Marabatuan juga terpisah cukup jauh dengan jarak tempuh tiga sampai empat jam menggunakan perahu motor dari pulau terdekat. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya