Warga Dua Desa Tuntut Otoritas Tol Soker Bangunkan Underpass

Widjajadi
09/10/2016 16:54
Warga Dua Desa Tuntut Otoritas Tol Soker Bangunkan Underpass
(ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho)

RATUSAN warga yang tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Ngemplak (FMPN) menolak keberadaan flyover atau overpass yang melintang proyek Tol Solo-Kertosono (Soker) di kawasan Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali.

Mereka berkehendak pihak otoritas tol memenuhi kesepakatan sosialisasi, yakni akses jalan penghubung desa ke pusat Kecamatan Ngemplak dengan underpass.

"Kami sebagai warga desa tidak menghalangi proyek Tol Soker. Tetapi hendaknya pihak otoritas tol juga menghormati kesepakatan sosialisasi. Sejak awal, kami akan dibangunkan underpass, bukan overpass atau flyover. Sebab sulit bagi sebagian besar warga Donohudan dan Pandean lewat atas, karena angkutan yang dipunyai kebanyakan manual, dari mulai sepeda onthel, gerobak dan becak," tukas Ketua FMPN Sunardi kepada Media Indonesia, Minggu (9/10) seusai bersama ratusan warga Pandean dan Donohudan menggelar demo di proyek Tol Soker.

Mereka membawa puluhan bambu, yang dibentuk menjadi jalan sasak naik badan Tol Soker yang belum jadi, sebagai bentuk protes atas keteguhan pihak otoritas tol membangun sejumlah overpass untuk kepentingan warga menuju kota kecamatan.

Mereka juga sudah berkirim surat kepada Presiden Joko Widodo dan juga Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, agar membatalkan overpass dan menggantikan dengan underpass.

Sunardi mengatakan Presiden Jokowi sewaktu berkunjung ke rumah kakeknya di Desa Giriroto yang berada di sebelah utara proyek Tol Soker, pernah marah kepada pihak otoritas jalan tol terkait keberadaan overpass itu. Tetapi karena waktu itu tidak ada protes dari warga, pembuatan overpass jalan terus.

"Yang berhasil mengganti overpass dengan underpass hanya di Desa Dibal. Tetapi untuk Desa Donohudan dan Pandean tidak dibuatkan, justru masih overpass jalan terus meski tidak dikehendaki warga. Banyak warga mengeluh, terutama anak-anak yang berangkat ke sekolah naik sepeda onthel dan para pengemudi becak, juga gerobak sapi. Mereka tidak kuat kalau harus naik ke atas. Mau ngubur jenasah ke pemakaman desa saja harus berputar sangat jauh," imbuh Sunardi.

Menurut dia, desa-desa di wilayah utara Tol Soker kini semakin sulit pergi ke selatan yang menjadi pusat kegiatan, dari mulai pemerintahan, pendidikan, dan pekerjaan formal.

Saat ini, selain terisolasi, jalan di wilayah utara tidak mendapatkan pembenahan, dan setiap hari terjadi kecelakaan karena buruknya infrastruktur yang berlubang-lubang itu.

"Yang jelas permintaan kami, bongkar overpass dan ganti dengan pembangunan underpass yang layak. Harapan kami semua berjalan seiring, proyek Tol Soker berjalan tidak ada hambatan dan underpass juga dibangun, bukan overpass. Sekali lagi bukan overpass," timpal Sunardi sembari menambahkan warga juga meginginkan dibukanya kembali akses jalan kampung yang tertutup tol, termasuk akses jalan ke sawah yang sudah ditutup pagar tol.

Sejauh ini, pihak Satker Tol Soker masih belum akan mengubah proyek overpass di Donohudan dan Pandean.

Dua pekan lalu, Kepala Satker Tol Soker Aidul Fiqri tetap pada sikap meneruskan akses overpass yang menghubungkan dua desa itu dengan kota kecamatan Ngemplak. Bahkan dia memperingatkan agar warga tidak nekat membongkar atau merusak tol, jika tidak ingin berurusan dengan hukum. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya