Pengikut Dimas Kanjeng masih Bertahan di Padepokan

Abdus Syukur
29/9/2016 18:50
Pengikut Dimas Kanjeng masih Bertahan di Padepokan
(MI/Abdus syukur)

PARA pengikut yang berada dalam kawasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Pasuruan, tengah bersantai, Kamis (28/9).

Nyaris tidak ditemui raut muka gelisah dan kecemasan yang menghiasi wajah-wajah mereka, meski pemimpin dan orang yang dianutnya telah ditangkap polisi.

Mereka tampak ngobrol satu sama lain seperti biasanya, bercengkrama yang diselingi tawa di antara sesama pengikut Dimas Kanjeng dalam lokasi padepokan.

Mereka, yang menyatakan diri sebagai 'santri' padepokan, juga tidak tampak tegang dan gelisah kendati ratusan polisi dari Brimob Polda Jawa Timur dan Satuan Sabhara Polres Probolinggo, disiagakan menjaga tempat itu.

"Kami biasa saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena saya yakin, beliau (Dimas Kanjeng) hanya difitnah, seperti fitnah penggandaan uang dan lainnya. Kami para santri (enggan disebut pengikut) tinggal menunggu pembuktiannya saja," tutur salah seorang penghuni padepokan, Muslich asal Jember, saat disambangi Media Indonesia, Kamis (29/9).

Sedikitnya 10.000 pengikut Taat Pribadi, masih tetap bertahan dalam kompleks padepokan. Selain mendiami asrama-asrama permanen, selama di padepokan mereka tinggal di ratusan tenda berukuran besar yang didirikan sebelum Ramadan lalu.

Setiap tenda diisi sekitar 50 hingga 60 orang. Mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia dan mengaku ingin belajar agar memiliki ilmu seperti Taat Pribadi.

"Seperti mahar hingga puluhan juta (rupiah), itu fitnah. Kita yang di sini hanya diminta seikhlasnya untuk membayar. Saya malah hanya bayar Rp100.000 hanya untuk administrasi saja," ujar Mashuri, asal Sumenep, Madura.

Saat ditanyakan informasi keberadaan bunker penyimpanan uang, para pengikut Dimas Kanjeng justru menertawakannya. "Itu tidak ada. Kalau brankas mungkin benar," imbuh Mashuri.

Menurut para pengikut, banyaknya uang yang dimiliki Dimas Kanjeng, bukan dari hasil penipuan maupun penggandaan. Uang itu asli dan didapat Taat Pribadi dari menariknya.

"Itu bukan penggandaan dan didapatkan bukan dari perbuatan kriminal. Saudara apa pernah ingat banyaknya peristiwa bencana seperti tsunami, bangunan bank banyak yang ambruk dan uangnya lari ke mana. Uang-uang itu lah yang ditarik beliau," terang Muslich.

Para pengikut Dimas Kanjeng meyakini bahwa peristiwa yang menimpa panutannya saat ini sebagai ujian. Bahwa derajat kemuliaan Taat Pribadi akan benar-benar naik dan terbukti.

Bahkan karena kemampuan atau keistimewaan bisa menarik uang secara gaib itu lah membuat banyak orang menjadi pengikut Dimas Kanjeng. Bukan hanya dari kalangan muslim, non-muslim, seperti Hindu, Kristen, dan lainnya juga ada yang menjadi pengikutnya.

"Saya tertarik dengan hal-hal gaib seperti itu. Makanya sebelum jadi santrinya sejak 3 tahun lalu, saya datang ke sini dan mempelajarinya lebih dulu sebelum bergabung. Setelah tahu tujuannya mulia, uang yang akan didapatkan nanti untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia," terang Bu Koming, warga Hindu asal Gianyar Bali.

Materi pelajaran yang diterima oleh pengikut, menurut mereka, juga tidak sesat seperti yang diisukan selama ini. Untuk umat muslim tetap diajari membaca Alquran dan menjalankan salat di masjid sebagaimana biasa.

Sedangkan untuk berdoa, bagi yang non-muslim diminta berdoa sebagaimana agama dan keyakinan masing-masing.

"Di sini benar-benar diterapkan Bhinneka Tunggal Ika. Beliau sangat menjunjung keberagaman dan meminta semua santri untuk bersabar," ucap Indra Hirawan dari Jembrana Bali.

Sementara itu, hingga saat ini pihak kepolisian masih terus berjaga-jaga di lokasi Padepokan Dimas Kanjeng.

Dimas Kanjeng Taat Pribadi ditangkap Polda Jatim pada 22 September 2016 lalu dengan dugaan sebagai otak pembunuhan terhadap Abd Ghani dan Ismail Hidayat, keduanya mantan santri.

Keduanya dibunuh dengan didasari dugaan hendak membocorkan rahasia penipuan yang dilakukan Taat Pribadi, yang hingga saat ini masih d iproses petugas di Polda Jatim.

Dari informasi petugas polisi yang enggan disebut namanya, setelah penangkapan, pada Senin (26/9) lalu, petugas dari Polda Jatim sempat menggeledah seluruh komplek yayasan dan dari rumah Dimas Kanjeng berhasil mengamankan uang yang bernilai miliaran hingga triliunan rupiah.

"Langsung dibawa ke polda, ada dua mobil boks warna biru dan semuanya berisi uang. Entah berapa nilainya," tuturnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya