Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
JEMBATAN gantung penghubung bantuan dari Swedia, Prancis dan Uni Eropa yang memiliki Panjang 70 meter di aliran Sungai Cimanuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat putus terhempas banjir bandang yang terjadi Selasa (21/9) malam.
Bahkan kali ini masyarakat berada di Kampung Cijambe, Desa Sindanglaya, Kecamatan Pawitan dan Kampung Patrol, Desa Sukaratu, Banyuresmi tidak bisa berbuat banyak dan kembali lagi menggunakan rakit untuk menuju perlintasan sungai tersebut.
"Semua masyarakat Kampung tidak bisa lagi menggunakan jembatan buatan luar negeri karena kondisinya putus setelah banjir bandang terjadi dan kali ini, masyarakat kembali menggunakan rakit yang harus menggunakan 10 bambu berukuran 10 meter agar aktivitas masyarakat bisa kembali bekerja. Akan tetapi, untuk kendaraan hanya bisa menggunakan jalan memutar arah sejauh 12 kilometer," kata Suamiati, 32, warga Kampung Cijambe, Rabu (28/9) dilokasi.
Jembatan penghubung antar dua kecamatan itu telah dibangun pada tahun 2010 lalu yang menggunakan anggaran dari luar negeri hanya bisa dilewati oleh kendaraan bermotor, anak sekolah, pejalan kaki dan lainnya. Akan tetapi, semuanya kini telah kembali menggunakan rakit meski sekarang hanya ada bantuan dari Forum Komunikasi Aktivis Mesjid (FKAM) dari Berebes, Jawa Tengah menggunakan perahu karet.
"Saya hanya bisa menyebrang aliran sungai Cimanuk berkat bantuan relawan yang semuanya sebagai tenaga pengajar dari Berebes, meski mereka akan meninggalkan lokasi setelah 7 hari di pengungsian masyarakat yang terdampak banjir. Karena mereka rata-rata memberikan pengobatan secara gratis dan juga membantu masyarakat untuk menyebrang sungai," ujarnya.
Selain itu, warga lainnya, Ade Nuraeni, 34, mengungkapkan, jembatan penghubung yang menggunakan sling beralaskan plat dan pipa besi tersebut roboh terhempas air bandang dan kali ini warga tidak bisa melakukan apa-apa terkecuali hanya membuat rakit terbuat dari bambu gombong karena toilet umum pun hancur rata dengan tanah tampa menyisakan material apapun.
"Kalau mau berangkat sekolah harus menggunakan perahu karet, karena lokasi berangkat ke sekolah menggunakan jembatan gantung sangat terjangkau karena menuju jalan untuk menaiki angkutan kota. Akan tetapi, kalau menggunakan jalan lain harus membayar ojek dengan ongkos Rp12.000 sampai Rp15.000 per orang. Kini, masyarakat hanya berharap agar pembangunan jembatan lebih permanen apalagi selama ini bantuan bukan dari pemerintah daerah," paparnya.
Sementara itu, Forum Komunikasi Aktivis Mesjid, Berebes Jawa Tengah, Mustofa mengatakan, dirinya sekarang ini telah membantu masyarakat untuk melewati sungai Cimanuk karena kondisi air masih tinggi dan bantuan itu hanya dilakukan menggunakan perahu karet. Meskipun, mereka akan kembali lagi menggunakan rakit ke semula setelah jembatan gantung buatan dari Swedia, Perancis dan Uni Eropa putus setelah diterjang banjing bandang.
"Kami berada di pengungsian ini sudah berjalan 7 hari hanya untuk membantu masyarakat menyebrangi sungai Cimanuk, rata-rata yang menaiki paling banyak anak sekolah, masyarakat dan yang akan bekerja. Meskipun, untuk penarikan dilakukan bergantian dengan cara menarik tambang yang telah dipasang di lintasan sungai. Namun, relawan yang ada sekarang ini berasal dari Solo, Yogyakarta dan Lampung," terangnya.
Selain Mustofa, relawan lainnya, Indra Agus Susanto mengungkapkan, dirinya nanti malam akan meninggalkan lokasi perkampungan dan bergantian dengan relawan lainnya. Karena semua relawan akan kembali mengajar siswa yang dilakukannya di rumah Quran berebes meski selama berada dipengungsian juga mereka diberikan ilmu terutama membaca Al-Quran dan lainnya.
"Kami akan kembali lagi ke Jawa Tengah setelah melakukan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat terutama pengobatan gratis, dan membantu melintasi sungai Cimanuk. Akan tetapi, masyarakat juga akan kembali lagi ke semula dengan menggunakan rakit meski orang yang membangun jembatan gantung akan kembali ke lokasi ini meski waktunya tak tentu," pungkasnya.
Pascabanjir bandang yang terjadi wilayah Kabupaten Garut telah menyebabkan puluhan orang meninggal dan juga ratusan warga kehilangan harta bendanya mereka kini tak punya apa-apa lagi termasuk peralatan memasak yang ikut hanyut tergerut arus Sungai Cimanuk yang mengamuk.
Kondisi seperti ini tentu sangat membuat mereka kelabakan karena telah mendapatkan bantuan berupa sembako termasuk di dalamnya mie instan, akan tetapi mereka tak bisa memasaknya karena tak ada peralatan seperti yang dialami sejumlah warga di Kampung Lapang Paris, Kelurahan Sukajaya, Kecamatan Tarogong Kaler. Mereka terpaksa mengkonsumsi mie instan mentah dari hasil sumbangan akibat tak ada peralatan untuk memasak terutama kompor gas.
Salah seorang warga, Aji Kurnia, 30, mengatakan diri merasakan lapar dan terpaksa memakan mie instan mentah bersama warga lainnya, karena peralatan memasak hanyut terbawa aliran sungai dan tidak mungkin bisa memasak bantuan mie intans mentah karena kondisinya juga serba salah terutama tidak adanya peralatan dapur.
"Mau direbus pakai apa, kompor gas-nya juga tidak ada karena hanyut bersama barang-barang lainnya saat banjir bandang terjadi. Ya terpaksa lah mie instan hasil sumbangan itu kami makan mentah sekedar untuk pengganjal perut saat lapar melanda," ujarnya.
Menurut Aji, korban banjir bandang lainnya di Kampung Lapang Paris mendapat bantuan logistik lumayan banyak, termasuk di antaranya mie instan dan ada kalanya juga bisa mendapatkan jatah nasi bungkus dari para petugas atau relawan. Meskipun, masih ada warga yang kompor gasnya tak terbawa hanyut, tapi sudah tak bisa digunakan lagi karena rusak setelah terendam air bercampur lumpur meski mie yang di makan mentah tetapi lumayan buat ganjal perut.
"Bantuan logistik yang diterima sudah cukup banyak akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah bagaimana cara memasaknya karena seluruh peralatan sudah tidak ada.
Oleh karena itu Aji berharap ada juga bantuan dalam bentuk peralatan rumah tangga terutama peralatan memasak termasuk kompor dan tabung gas. Meski, warga juga sangat membutuhkan peralatan pembersih lumpur dan puing-puing seperti cangkul, sekop, dan sepatu bot," paparnya. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved