Banjir Pertama di Rumah Sakit Negara

22/9/2016 08:05
Banjir Pertama di Rumah Sakit Negara
(MI/Panca Syurkani)

HIRUK melanda semua orang yang tengah berada di RSUD Dr Slamet, Selasa (20/9) malam. Jeritan pasien, keluarga pasien, perawat, dan dokter meningkahi suara air hujan yang mengucur deras menghantam genteng dan kaca rumah sakit.

Saat itu, sekitar pukul 22.00 WIB, air mulai memasuki semua kantor, selasar, dan seluruh ruangan perawatan yang ada di lantai dasar rumah sakit utama di Kabupaten Garut, Jawa Barat, tersebut. Para perawat dan dokter bersaing berteriak meminta bantuan keluarga pasien untuk memindahkan pasien ke lantai dua. “Saya takut sekali dan nekat turun sendiri dari kasur. Dengan menjinjing botol infus, saya berjalan ke lantai dua,” papar Suhendar, 46, pasien yang dirawat karena menderita infeksi hati.

Banjir, ungkap Nani, 50, warga Cibatu yang tengah menunggui saudaranya, datang cepat. “Yang terparah di ruang UGD. Air mencapai ketinggian 1,5 meter,” tuturnya.

Di tempat perawatan, air masuk sekitar 0,5 hingga 1 meter. Pasien dipindahkan ke lantai atas dengan berbagai cara. “Ada yang berjalan sendiri, digendong, atau dituntun perawat atau keluarganya. Hanya sebagian yang pakai kursi roda,” ujar Nani.

Di tengah banjir, di lorong rumah sakit yang direndam air, dua ibu mengalami persalinan. Dua bayi dilahirkan secara normal dalam kondisi selamat.

Karena kondisi kesehatan ibu dan anak baik, juga karena pertimbangan lingkungan RS yang tidak memadai, mereka diperbolehkan pulang, siang harinya.

Sampai kemarin, air masih menggenang di sejumlah ruangan. Karyawan, dokter, dan perawat di RSUD Dr Slamet pun harus bergotong royong membersihkan ruangan dari lumpur yang terbawa bah.

“Seluruh pasien harus dipindahkan ke lantai dua, karena ruangan mereka tergenang air,” papar Direktur RSUD Dr Slamet, Maskut Farid.

Sejak didirikan pada 1922 oleh pemerintah kolonial Belanda, rumah sakit yang berada di Jalan Tarogong Kidul itu tidak pernah kebanjiran, meski daerah sekitarnya cukup sering didatangi air luapan Sungai Cimanuk.

Banjir, ungkap Maskut, membuat sejumlah perlengkapan dokter, logistik rumah sakit, obat-obatan, cairan infus, alat rontgen, dan peralatan ICU rusak atau terbawa banjir. “Kerugian kami mencapai Rp19,95 miliar,” ungkap Maskut.

Akibat banjir, pelayanan poliklinik dan instalasi gawat darurat dihentikan hingga 7 hari mendatang. Dari 309 pasien rawat inap, 185 pasien dipindahkan ke Rumah Sakit TNI Guntur, dan sisanya tetap dirawat di RSUD Dr Slamet di lantai dua. “Operasi ringan masih bisa kami lakukan. Operasi berat dan bedah dipindahkan ke Guntur,” tandas Maskut.

Nasib dan masa depan RSUD Dr Slamet berada kini di tangan Pemkab Garut, pemilik rumah sakit itu. “Untuk saat ini, kami masih berkonsentrasi mengurus korban,” tutur Bupati Rudy Gunawan. (Kristiadi/Eriez M Rizal/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya