Pencurian Mesin Diesel Irigasi Marak

15/9/2016 09:18
Pencurian Mesin Diesel Irigasi Marak
(ANTARA/Prasetia Fauzani)

PARA petani di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, meminta aparat kepolisian menggencarkan patroli ke kawasan pertanian, akibat maraknya pencurian mesin diesel penyedot air irigasi, belakangan ini. Terakhir, peristiwa itu terjadi di Kecamatan Sidoharjo dan Kecamatan Sukodono.

Menurut Ketua Kontak Tani Nelayan Andal­an (KTNA) Sragen, Suratno, aksi pencurian mesin diesel penyedot air dilakukan malam hari, ketika masih digunakan untuk menyedot air. “Kasihan teman-teman, upaya mereka mengelola tanaman pangan diganggu pencuri yang mengambil mesin diesel,” kata Suratno, kemarin.

Jika dibiarkan, sambung Suratno, kejadian itu akan mengganggu upaya peningkatan produktivitas penanaman padi. “Mudah-mudahan para pencurinya dapat segera ditangkap dan mesin diesel bisa dikembalikan ke petani,” tukasnya.

Hingga saat ini, sudah 70% atau sekitar 70 ribu ton setara beras yang diserap Bulog di enam kabupaten di Solo Raya. Kepala Bulog Subdivre III Surakarta M Rizal Mulyawan Latief optimistis dapat mencapai target serap­an beras petani sebesar 100 ribu ton setara beras, setelah Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati menggerakkan 40 pedagang mitra Bulog.

Upaya peningkatan produksi padi untuk menguatkan swasembada pangan nasional terus didorong Kementan di berbagai daerah, termasuk di Provinsi Maluku. Pada 2017, rencana pengembangan pertanian di Maluku akan meliputi 100 ribu ha jagung, dan 10 ribu ha pencetakan sawah baru.

Selama ini, beras masih didatangkan dari daerah lain sehingga harga beras di Maluku tinggi. Di Pasar Mardika Ambon, harga beras mencapai Rp12 ribu/kg. Kondisi itu jauh berbeda dengan sentra penghasil beras di daerah lain, seperti pulau Jawa dan Sulawesi yang hanya Rp7.000/kg.

“Tahun depan, Maluku harus mandiri, beras tidak perlu didatangkan lagi dari luar daerah,” kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, saat melakukan tanam padi di Desa Samal, Kecamatan Seram Utara Timur Kobi, Maluku Tengah, kemarin.

Sementara itu, teknik budi daya bawang merah dari biji dinilai akan mengurangi ketergantungan terhadap umbi bibit. “Petani juga dapat menghemat biaya transportasi dan bibit bisa tahan hingga dua tahun lamanya,” papar Dirut PT East West Seed Indonesia Glenn Pardede di Festival Bawang Merah di Brebes, Jateng.

Di sisi lain, petani di sentra penghasil tembakau Temanggung dan Wonosobo, Jateng, mengeluhkan penurunan harga jual tembakau karena jeleknya hasil panen selama kemarau basah. “Harganya jatuh, hanya laku Rp50 ribu per kg. Padahal, tahun lalu pada petikan terakhir bisa terjual sampai Rp75 ribu per kg,” kata Agus, petani tembakau di Desa Kledung.(WJ/HJ/JI/TS/AD/MY/YH/N-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya