Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
DEMAM Mukidi tak hanya mewabah di kalangan netizen, tapi juga para pecinta kopi, khususnya di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Dialah Mukidi, 42, petani sekaligus pemilik Rumah Kopi Mukidi di Desa Gandurejo, Kecamatan Bulu, Temanggung.
Seperti Minggu (4/9) lalu, ada 30 peserta yang berguru teknik menyajikan kopi kepada Mukidi. Mereka datang dari Temanggung, Bandung, Yogyakarta, dan Batang.
Para peserta dikenai tarif Rp250 ribu per orang. “Tapi, untuk petani kopi free atau tidak dikenai biaya pelatihan,” ujar Mukidi.
Diskusi berkembang dari cara memproses kopi sejak petik, hingga menyajikannya dalam secangkir kopi dengan berbagai teknik, yakni mocapot, vietnam drip, tubruk, ROK preso, coffee late, hingga V60.
Di sela perbincangan, mereka menyicipi kopi hasil praktik penyajian kopi, ditemani camilan dari olahan singkong. Suasana menjadi lebih hangat dan akrab, meski sederhana.
Tak hanya warga Indonesia, tamu dari Cekoslovakia, India, dan Australia pun pernah berguru kopi ke Mukidi.
“Kebanyakan lebih tertarik mempelajari proses awal tanam kopi sehingga datang langsung ke kebun kopi di lereng Gunung Sumbing dengan ketinggian 1.300-1.500 meter dari permukaan air laut (mdpl),” tutur Mukidi.
Warga Ceko, misalnya, berniat membuka warung kopi jowo di negaranya. Orang Ceko itu berjanji, jika nanti dirinya membuka warung kopi di negaranya, akan mengambil kopi produksi Mukidi.
Selain itu, peserta asal Australia yang merupakan pasangan suami istri tertarik menanam kopi, roasting hingga cara penyajiannya. Saking senangnya belajar kopi, pasangan itu sempat menginap dua malam di rumah kopi Mukidi.
“Si suami sangat menyukai kopi saya. Ia menghabiskan tujuh cangkir kopi per hari selama di rumah saya,” kata Mukidi.
Di Temanggung, Mukidi dikenal sebagai pencetus kemandirian petani. Kemandirian Mukidi memulai bisnis kopi dimulai dengan budi daya kopi pada 2001 di lahan seluas 1 hektare di daerah Wonotirto, Kecamatan Bulu.
Tanaman kopi arabika tersebut ditumpang sari dengan tanaman tembakau, sehingga ada cita rasa lebih berat dan seperti aroma rempah. Ayah dua anak ini memiliki produk andalan kopi jowo, kopi lamsi, dan kopi Mukidi. Harganya dibanderol mulai dari Rp25 ribu per 100 gram hingga Rp1,5 juta per kg.
Langkah Mukidi tak berhenti di situ. Di masa depan, ia berencana mengembangkan sekolah kopinya dengan menawarkan paket berbagai kelas yang akan dikombinasikan dengan paket wisata.
‘Secangkir kopi, ada cerita, banyak saudara dan penuh cinta’, begitulah jargon produk kopi Mukidi. (Tosiani/N-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved