Bupati Purwakarta Minta Mata Pelajaran di Sekolah Dikurangi

BUPATI Purwakarta Dedi Mulyadi menyebut jumlah mata pelajaran di sekolah-sekolah di Indononesia terlalu banyak sehingga perlu adanya pengurangan pelajaran di sekolah.

Dedi beralasan sisi aplikatif dari nilai-nilai akademik jauh lebih penting daripada sekedar mempelajari sisi teoritiknya.

“Kalau Mendikbud mengizinkan, kami di Purwakarta akan mengurangi jumlah mata pelajaran. Ini sudah terlalu banyak dan tidak efektif untuk perkembangan generasi kita ke depan," kata Dedi di rumah dinasnya, Sabtu (10/9).

Menurut Dedi, untuk tingkatan Sekolah Dasar cukup diajarkan ‘Calistung (Baca, Tulis, Hitung) saja. Lain-lainnya bisa langsung diajak praktik, jadi disampaikan tidak dalam bentuk teori.

Dedi mencontohkan mata pelajaran yang lebih mengarah pada sisi aplikatif adalah pendidikan kewarganegaraan. Anak-anak sekolah dapat langsung diajarkan untuk tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan vandalisme, dan diajak untuk membangun kebiasaan-kebiasaan positif lain yang mencerminkan karakter manusia Indonesia.

“Salat juga diajarkan sambil praktik, mengaji juga begitu. Ujiannya kan bisa menyesuaikan. Nanti bisa sejalan antara pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan. Keduanya dimunculkan dalam keseharian, bukan hanya salah satu," ungkap Dedi.

Sementara itu, wacana Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhajir Effendy yang akan menetapkan Sabtu dan Minggu sebagai libur nasional bagi siswa sekolah sudah lama diterapkan di Kabupaten Purwakarta seemenjak kabupaten itu dipimpin Dedi pada 2008.

Dedi mengemukakan alasan di balik pemberlakuan kebijakan tersebut. Menurutnya, pelajar harus memiliki waktu yang cukup untuk bercengkrama bersama keluarga. Sehingga, pendidikan informal dalam hal ini didapat oleh pelajar melalui transformasi nilai yang dilakukan oleh para orangtua di rumah.

Selain kebijakan sekolah lima hari. Purwakarta juga mengizinkan pelajar di wilayahnya untuk membawa bantal ke sekolah dan boleh tidur saat istirahat berlangsung. (OL-3)