Satgas Karhutla Dukung KLHK Usut Kebakaran Lahan PT APSL

Antara
06/9/2016 20:51
Satgas Karhutla Dukung KLHK Usut Kebakaran Lahan PT APSL
(ANTARA)

SATUAN Tugas (Satgas) Siaga Darurat Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Provinsi Riau mendukung Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait kasus dugaan kebakaran lahan korporasi kelapa sawit PT Andika Permata Sawit Lestari (APSL).

Apalagi, kata Wakil Komandan Satgas Siaga Karhutla Riau yang juga Kepala Staf Korem 031/Wirabima Kolonel Czi I Nyoman Perwata di Pekanbaru, Selasa (6/9), setelah adanya penyanderaan tujuh orang staf kementerian oleh warga setempat.

"TNI dan dalam hal ini satgas siap membantu mendampingi mereka (KLHK) untuk memasang patok dan garis PPNS yang dicopot," katanya.

Ia mengatakan KLHK cukup meminta secara resmi apabila ingin adanya pendampingan untuk pengamanan dari satgas. "Cukup melakukan prosedur resmi, tinggal meminta saja kepada kami," kata I Nyoman Perwata.

Kasus kebakaran lahan PT APSL kini ditangani oleh dua institusi, yakni Polda Riau dan KLHK. Menteri LHK Siti Nurbaya sudah menyatakan bahwa kasus itu menjadi prioritas karena adanya kebakaran lahan, alih fungsi kawasan hutan, dan juga penyanderaan.

Bahkan, Siti Nurbaya menduga pihak perusahaan berada di balik insiden penyanderaan seusai staf KLHK melakukan penyegelan lahan terbakar pada pekan
lalu.

Sementara itu, Humas PT APSL Novalina Sirait membantah tuduhan bahwa pihak perusahaan ikut andil dalam penyanderaan staf KLHK. Meski begitu, dia mengatakan, pihak perusahaan tetap menghormati proses hukum yang sedang berlangsung.

"Itu inisiatif dari masyarakat. Ada kesalahpahaman sehingga yang muncul jadi disangka penyanderaan," katanya.

Ia mengatakan, lahan terbakar yang sedang diselidiki juga bukan kebun inti APSL. APSL memperoleh izin usaha perkebunan seluas 3.112 hektare (ha) berdasarkan Surat Kpts.505/disbun/2002/001 yang berlokasi di Desa Sontang, Kecamatan Bonai Darussalam, Rokan Hulu.

Ia menjelaskan, lahan yang terbakar adalah milik mitra APSL yang bekerja sama dengan warga setempat dengan membentuk kelompok tani yang masing-masing menguasai lahan ribuan ha. Dua di antaranya ialah Kelompok Tani Nelayan Andalan yang menguasai lahan seluas sekitar 5.000 ha dan Kelompok Tani Melayu Terpadu sekitar 3.000 ha.

"Api awalnya juga berasal dari luar lahan kelompok tani karena cuaca panas dan angin kencang membuat api melompat ke kebun kelompok tani," ujarnya. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya