Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Setelah Diserbu Wereng Coklat, Sawah Petani Pidie Diserang Penyakit Hawar Daun

Amiruddin Abdullah Reubee
03/3/2024 08:00
Setelah Diserbu Wereng Coklat, Sawah Petani Pidie Diserang Penyakit Hawar Daun
Petani di Kabupaten Pidie, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, memanen sawah mereka.(MI/Amiruddin)

PETANI di Kabupaten Pidie, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, di musim tanam padi rendengan (musim tanam pertama) kali ini digerogoti penyakit hawar daun. Serangan ini semakin menambah derita para petani lantaran sebelumnya musibah serangan hama wereng cokelat belum mampu diatasi.

Penyakit Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) atau bakteri hawar daun  menggerogoti tanaman padi sejak awal pertumbuhan hingga terjadi layu dan mati. Itu bisa menyebabkan hasil produksi gabah menurun drastis dan sebagian lainnya puso.

Penelusuran Media Indonesia sejak tiga hari terakhir hingga Sabtu (2/3) penyakit berbahaya itu telah tersebar di 22 kecamatan dari 23 kecamatan di Kabupaten Pidie. Hampir semua yang terserang itu diduga tanam padi varietas benih galur (benih padi nonsertifikasi dan tidak ada izin sebar dari pemerintah).

Baca juga : Puluhan Petani yang Melakukan Aksi Demonstrasi di Champs-Elysees Ditangkap

Namun benih galur ilegal di Pidie dan sekitarnya bisa beredar atau dijual bebas tanpa ada penertiban oleh pihak terkait.

Misalnya di Kecamatan Indrajaya, Delima, Peukan Baro, Mila, Mutiara, Kota Bakti dan Kecamatan Titeu, petani di hantui oleh serangan penyakit kresek itu itu. Apalagi sebagian lahan mereka sedang terkena serangan dan sebagian lainnya sudah memanen dengan perolehan hasil menurun drastis.

"Kali ini merugi, karena sebelumnya bisa menghasilkan 45 hingga 52 karung per petak sawah, hasil dua hari lalu hanya memperoleh 17 karung" tutur Muslim, petani di Kecamatan Indrajaya.

Baca juga : Citi Indonesia dan Plan Indonesia Luncurkan Program Ketahanan Pangan Atasi Stunting di TTS

Muslim mengaku cukup banyak petani di kawasan itu menggunakan benih Cibatu (Ciherang Batu) atau turunannya yaitu Vibatu F 1, Cibatu F 2, Cibatu F 3, Cibatu F 4 dan Cibatu F 5. Selain itu petani di kawasan Pidie dan sekitarnya juga menggunakan benih CBD (Cot Bada), Bojeng (persilangan Cibatu-Boma), Kabir (Karawang Bireuen), Suet dan benih Srikandi.

Namun mereka kurang memahami bahwa semua benih Cibatu dan beberapa jenis lainnya adalah varietas benih ilegal atau benih palsu yang tidak ada uji laboratorium. Kemudian mereka juga tidak memahami kalau benih galur tersebut lemah imun kekebalan hama penyakit, tidak tahan serangan dan mudah tersebar ke varietas lainnya.

"Ada lahan sawah mulai tahun lalu sudah mulai terkena serangan. Lalu kami beri pemahaman kepada petaninya bahwa ke depan jangan memakai lagi benih tersebut. Tapi tidak mematuhi himbauan kami, ternyata kali ini kambuh lagi habis satu petak sawah tidak sempat memanen," ujar Kepala BPP (Balai Penyuluh Pertanian) Kecamatan Indrajaya, Yusri. (N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya