Pesanan Datang dari Keraton sampai Artis

MI
30/8/2016 09:30
Pesanan Datang dari Keraton sampai Artis
(MI/Ardi)

LEBIH dari tiga dasawarsa, Khoirudin, 66, menggeluti usaha kerajinan blangkon, kain penutup kepala tradisional kaum laki-laki dari Jawa. Awalnya, Khoirudin membuat blangkon untuk membantu usaha pamannya. “Pada 1967, saya bantu paman. Sejak 1980-an saya mulai usaha sendiri,” kata dia ketika ditemui di rumahnya di Dusun Beji, Desa Sidoarum, Godean, Sleman, Yogyakarta, belum lama ini.

Saat ini ia lebih banyak menerima pesanan blangkon dalam jumlah banyak. Bahkan, ia sering kali kewalahan hingga menolak pesanan karena terlalu banyak, tidak hanya dari dalam negeri, bahkan luar negeri, seperti Jepang, Korea, dan Suriname.

“Misalnya, pesanan sampai 1.500 blangkon dari Keraton Yogyakarta dan 275 blangkon untuk pernikahan artis Raffi Ahmad dan Nagita Slavina.”

Karena pesanan terlalu banyak, Khoirudin pun kelimpungan. Pengerjaan pesanan itu kemudian dibagi kepada 20 perajin lain di Dusun Beji yang kebetulan menjadi sentra usaha blangkon di Yogyakarta.

Untuk tetap bertahan selama ini, ia terus berinovasi. Tak hanya membuat blangkon bergaya Yogyakarta, tetapi juga gaya Surakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

“Saya pelajari dengan membongkarnya satu per satu kemudian jadi contoh acuan,” ungkapnya.

Masalah yang dihadapinya kemudian ialah keterbatasan tenaga produksi, khususnya pekerja muda, karena mereka umumnya kurang sabar dalam membuat blangkon.

Padahal, omzet kerajinan blangkon terbilang lumayan. Satu blangkon dijual Rp50 ribu-Rp250 ribu. Dari usahanya tersebut, ia pun telah berhasil menyekolahkan tiga anaknya hingga sarjana.

Inovasi juga yang membuat usaha tenun Waludin bertahan. Pemilik tenun Ragil Jaya, Dusun Gamplong, Kecamatan Moyudan, Sleman, yang juga ketua paguyuban kerajinan itu, mengaku tetap menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM). Inovasi dilakukannya lewat pembaruan desain dan material bahan.

Inovasi dilakukannya lewat penggunaan serat alam karena permintaannya tinggi. Bentuknya variatif, mulai tas, dompet, taplak meja, alas gelas atau alas piring, karpet, hingga gantungan kunci.

Meski produk budaya, kerajinan di wilayah Sleman seperti blangkon dan tenun memiliki prospek cerah. Pemda pun membantu pemasarannya lewat website www.sleman-mall.com. (Ardi Teristi/N-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya