Krisis Air, Ratusan Hektare Tanaman Padi Gagal Panen

Palce Amalo
29/8/2016 19:17
Krisis Air, Ratusan Hektare Tanaman Padi Gagal Panen
(MI/BENNY BASTIANDY)

SEDIKITNYA 100 hektare (ha) tanaman padi di Kompleks Persawahan Manikin, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur gagal panen akibat krisis air. Sesuai pantauan Senin (29/8), areal persawahan yang gagal panen mulai beralih fungsi menjadi padang pengembalaan.

Metusalak Lese, petani di Manikin mengatakan dua ha areal sawah miliknya dijadikan ladang pengembalaan ternak sejak tiga pekan lalu. "Padi mengering sampai mati karena tidak ada air," ujarnya.

Menurutnya kekeringan melanda persawahan sejak satu bulan terakhir dan mencapai puncaknya pekan ini. Sebenarnya areal persawahan Manikin seluas 115 ha, diairi air dari dua bendungan yakni Manikin Dua, dan Manumuti. Namun debit air dua bendungan ini terus berkurang akibat kekeringan.

Dampaknya, pasokan air ke persawahan juga berkurang. Karena itu, persawahan yang berjarak mulai 500 meter dari sumber air, tidak kebagian air yang mengakibatkan tanaman padi mati kekeringan. "Hanya 15 hektare di persawahan ini yang kami pastikan bisa panen," katanya.

Petani lainnya Didimus Soge beruntung karena areal persawahan miliknya seluas 50 are bisa panen tahun ini. "Sawah saya dekat dengan sumber air," katanya.

Kendati begitu, ia yakin hasil panen padi bakal berkurang akibat serangan hama, dan keterlambatan pasokan pupuk. Menurutnya pasokan pupuk urea, phonska, dan SP-36 terlambat beberapa pekan. Petani setempat sempat membeli pupuk bersubsidi ke petani di persawahan dengan harga lebih mahal.

Seperti harga pupuk urea Rp90.000 per kilogram (kg), dibeli seharga Rp100 ribu per kg. "Kami sudah menyampaikan persoalan mulai dari pupuk dan krisis air ke pemerintah Kabupaten Kupang dan anggota dewan tetapi mereka tidak berbuat apa-apa," ujarnya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya