Mendikbud Ajak Nasyiatul Aisyiyah Tingkatkan Kualitas Pendidikan

Ardi Teristi Hardi
26/8/2016 19:10
Mendikbud Ajak Nasyiatul Aisyiyah Tingkatkan Kualitas Pendidikan
(MI/Panca Syurkani)

MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, Nasyiatul Aisyiyah memiliki modal luar biasa sebagai barisan kaum muda perempuan yang terkonsolidasi dalam satu gerakan solid untuk melahirkan perubahan termasuk di dunia pendidikan.

Hal itu diutarakan Muhadjir saat memberikan sambutan sekaligus membuka Muktamar Nasyiatul Aisyiyah XIII di Gedung Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Jumat (26/8).

"Saya mengajak kader Nasyiatul Aisyiyah untuk proaktif ambil bagian dalam meningkatkan kualitas pendidikan, terutama pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar. Di usia itu lah, karakter anak dibentuk dan ditanamkan nilai keluhuran," kata dia.

Dalam pandangan Muhadjir, kemajuan sebuah bangsa tergantung dari kualitas sumber daya manusia. Mendikbud menegaskan pentingnya Nasyiatul Aisyiyah merumuskan program parenting yang tepat agar dapat menjadi sumber belajar bagi keluarga-keluarga di Indonesia. Pendidikan keluarga menjadi kunci keberhasilan ketahanan keluarga dalam menumbuhkan generasi bangsa yang unggul dan kompetisi.

Selain itu, Mendikbud memandang penting penyusunan model penguatan pendidikan karakter. Menurutnya, pendidikan itu harus menggembirakan, mencerahkan, tidak boleh membebani siswa, dan mampu merangsang aktualisasi siswa.

Terkait penyelenggaraan muktamar, Muhadjir mengingatkan bahwa kader Nasyiah yang identik sebagai perempuan usia produktif merupakan kelebihan yang harus diterjemahkan dalam strategi gerakan dan perencanaan program. Ia berharap muktamar ini dapat melahirkan program yang bernas dan kepemimpinan berkarakter yang mampu membawa organisasi ke level yang lebih tinggi, mendukung, dan mengawal agenda pendidikan.

Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengapresiasi tema Muktamar Nasyiatul Aisyiyah yang memuat tiga kata kunci, yaitu gerakan perempuan muda, berkemajuan, dan kemandirian bangsa.

Berkemajuan sendiri, ungkap Haedar, merupakan spirit dan gerak nafas persyarikatan Muhammadiyah sejak awal berdirinya, sehingga harus
menjadi spirit semua elemen gerakan Muhammadiyah termasuk Nasyiatul Aisyiyah.

Menurut Haedar, Nasyiatul Aisyiyah merupakan institusionalisasi dari kesadaran akan pentingnya peran perempuan di ranah publik, melakukan pembelaan, keberpihakan, dan memajukan perempuan muda jauh sebelum diskursus emansipasi mengemuka. Hal tersebut, tambah Haedar, menunjukkan bahwa Nasyiatul Aisyiyah mempunyai embrio berkemajuan.

"Hendaknya pemikiran dan langkah berkemajuan serta kemandirian menjadi denyut nadi gerakan Nasyiatul Aisyiyah," papar Haedar. Itu dapat dilakukan, imbuhnya, dengan membangun tradisi maju baik dalam alam pikiran dan tindakan.

Melalui penyelenggaraan muktamar ini, Haedar berharap Nasyiatul Aisyiyah dapat bangkit memperkuat basis organisasi untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, dan meningkatkan kontribusi Nasyiatul Aisyiyah bagi kemajuan dan kemandirian bangsa. Ia menyebut beberapa, seperti meningkatnya angka pernikahan dini, kejahatan seksual, dan narkoba.

Sementara dalam sambutannya, Ketua Umum Nasyiatul Aisyiyah, Normasari, mengatakan bahwa berkemajuan yang dimaksud dengan menggambarkan Islam sebagai agama yang membela dan menggerakkan yang lemah.

Ia kemudian juga menyitir syair Mars Nasyiatul Aisyiyah, terdidik tiap hari, kemuliaan Islam dicari, serta bekerja digemari. Syair tersebut, dalam pandangannya, mengandung spirit ihtiar mewujudkan kemandirian bangsa dan siap berkarya.

Harapan besar terhadap Nasyiatul Aisyiyah disampaikan pula oleh Endang Susilowati, selaku perwakilan dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Hamengku Buwono X saat memberi sambutan.

Saat ini. permasalahan-permasalahan yang dialami perempuan, khususnya tindak kekerasan terhadap perempuan di Indonesia masih cukup tinggi, terlebih tingkat keramahan publik bagi kaum perempuan dipandang masih sangat kurang.

"Nasyiatul Aisyiyah sebagai gerakan perempuan muda dalam perspektif ideologi keagamaan diharapkan dapat menampilkan pandangan Islam yang berkemajuan dan berkontribusi besar pada kemajuan Negara," ungkap Endang.

Dalam acara yang sama, Menteri Kesehatan, Nila Djuwita Moeloek, menyatakan pentingnya pemahaman remaja mengetahui tentang kesehatan reproduksi. "Kesehatan reproduksi bukan hal yang tabu lagi. Kita harus terbuka, transparan, menjelaskan kesehatan reproduksi pada remaja," ungkap Nila.

Ia berharap, remaja mengerti betul tentang kesehatan reproduksi agar remaja dapat mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya terkait kesehatan reproduksi.

Menurut Nila, dalam hal kesehatan reproduksi diperlukan kerja sama lintas ilmu dan lintas pihak yang memiliki keterkaitan dengan kesehatan reproduksi. "Kesehatan reproduksi bukan hanya urusan dokter," ujarnya.

Ia menyebut pentingnya keterlibatan beberapa pihak, seperti agamawan, psikolog, budayawan, dan tentu saja organisasi perempuan muda seperti Nasyiah.

Menkes juga menyoal tentang pentingnya memanfaatkan peluang bonus demografi usia produktif di 2035 mendatang. Saat ini, jumlah penduduk Indonesia yang berusia produktif sebanyak 150 juta dari sekitar 250 juta penduduk. "Kita akan betul-betul menjadi bangsa yang kuat jika dapat memanfaatkan peluang ini," katany.

Nila kemudian mengajak Nasyiah untuk mengambil peran strategis dalam meningkatkan produktivitas penduduk Indonesia yang sedang berada pada usia produktif, mengingat kader-kader Nasyiatul Aisyiyah merupakan perempuan usia produktif. Dalam pandangan Menkes, produktivitas juga merupakan salah satu ciri orang sehat. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya