Kemarau Basah Petani Garam Merugi

Nurul Hidayah
24/8/2016 08:52
Kemarau Basah Petani Garam Merugi
(Antara/Mohamad Hamzah)

MUSIM kemarau basah membuat petani garam terpuruk. Banyak petani garam akhirnya terjerat utang untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal itu dialami para petani garam di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Ketua Asosiasi Petani Garam Kabupaten Cirebon Insyaf Supriadi mengungkapkan hujan yang sering turun di musim kemarau membuat lahan tambak garam tidak bisa diolah. “Akibatnya, petani garam ter­utama petani penggarap, pun kehilangan sumber mata pencaha­ri­an,” ujar Insyaf, kemarin.

Saat ini jumlah total petani garam di Kabupaten Cirebon sekitar 23 ribu orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 16 ribu orang berstatus sebagai penggarap dan sisanya pemilik lahan.

“Petani yang mengutang kebanyakan petani penggarap yang menjadikan garam sebagai satu-satunya sumber penghasilan. Akibatnya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka banyak berutang ke tetangga, saudara, sampai tengkulak,” ungkapnya.

Ada pula petani penggarap yang ber­alih profesi seperti bekerja di tambak udang atau pekerja perbaikan tanggul yang rusak. Fenomena La Nina membuat hujan masih turun selama kemarau.

Dari total luas lahan tambak garam di Kabupaten Cirebon yang mencapai 16 ribu hektare, hingga pertengahan Agustus ini baru sekitar 20% yang sudah memulai masa pengolahan lahan. Petani kesulitan mengeringkam lahan tambak garam.

Untuk memproses pengolah­an garam, tambak harus ke­ring terlebih dahulu. Kondisi itu pun diperparah banjir rob yang me­nerjang pesisir pantai utara Jabar, termasuk area tambak garam di Kabupaten Cirebon. “Masa pe­ngolahan garam seharusnya sudah dimulai sejak Juni lalu sehingga pada Agustus sudah mulai beroperasi,” ujar Roni, petani garam setempat.

Jadwal tanam
Pada musim kemarau basah ini, sejumlah daerah mulai memasuki musim tanam tetapi tidak serentak.

Di Karawang, Jawa Barat, pem­kab setempat meminta jadwal musim tanam ditertibkan. Dengan jadwal pola tanaman yang tidak serentak, para petani mengeluh karena banyaknya hama yang menyerang tanaman padi.

Nana Sutisna, petani Desa Rangdumulya, Kecamatan Pedes, Karawang, mengatakan saat ini pola tanam tanaman padi di desanya tidak serentak. “Akhirnya banyak tanaman padi terserang hama, apalagi hama tikus,” ungkapnya.

Serangan hama tikus juga terjadi di sejumlah area pertanian padi di Kabupaten Cirebon. Petani yang merugi berharap mendapat bantuan dari asuransi.

Suganda, petani asal Desa Pegagan Lor, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, me­ngeluhkan seharusnya tanaman padi milik­nya sudah tumbuh dan berbuah. “Namun sampai sekarang belum berbuah karena sudah dimakan hama tikus,” ujarnya.

Di Sukabumi, para petani mulai memanen padi. Mereka pun akan mempercepat kembali masa tanam lantaran intensitas curah hujan diprediksi masih terjadi.

Sejumlah petani di Kampung Nagrak, Kelurahan Benteng, Kecamatan Warudoyong, telah memanen padi sejak dua hari lalu. (BB/CS/N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya