Menatap Bisnis tanpa Tinggalkan Budaya

Abdul Halim Ahmad
23/8/2016 06:53
Menatap Bisnis tanpa Tinggalkan Budaya
(BPS Sulawesi Tenggara)

INDONESIA terkenal di dunia lantaran salah satunya memiliki keunggulan sumber daya alam, seperti Pulau Buton yang terkenal sebagai penghasil terbesar aspal alam di Indonesia.

Namun, tahukah Anda, di manakah Pulau Buton berada?

Pulau Buton terletak pada sekitar gugusan pulau di Pulau Sulawesi dan merupakan pulau terbesar di luar pulau induk atau Pulau Sulawesi. Di pulau itu, terdapat kabupaten yang tidak lain bagian dari Provinsi Sulawesi Tenggara, yakni Kabupaten Buton. Di Sulawesi Tenggara, selain Buton, ada Kabupaten Kolaka, Muna, dan Kendari.

Kabupaten Buton yang terletak pada pulau ke-130 Indonesia itu memiliki luas wilayah 2.488.71 km2 (sebelum pemekaran 6.463 km2) serta penduduk sebanyak 265.724 jiwa (sebelum pemekaran 533.931 jiwa).

Kabupaten itu memiliki ibu kota di Pasar Wajo. Untuk mencapai ke sana dari Jakarta bisa melalui Bandara Sultan Hasanuddin Makassar (Sulawesi Selatan), lalu ke Bandara Betoambari, Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Dari Betoambari, bisa menggunakan mobil menuju Pasar Wajo dengan jarak 49 km atau waktu tempuh 1-1,5 jam. Jika melalui ibu kota Sulawesi Tenggara, yakni Kendari, bisa menggunakan kapal cepat dengan waktu 5-6 jam menuju Pelabuhan Murhum, Kota Bau-Bau.

Sebelum berada di Pasar Wajo, ibu kota Buton ada di Kota Bau-Bau pada 2002. Lantaran Kabupaten Buton dimekarkan, Kota Bau-Bau menjadi ibu kota Bau-Bau, sedangkan ibu kota Kabupaten Buton pindah di Kecamatan Pasar Wajo.

Saat ini, Buton dipimpin Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun serta La Bakry sebagai wakil bupati. Kedua pimpinan Buton yang memiliki akronim Omar Bakri itu dilantik 19 Agustus 2012. Karena itu, selain jadi momentum kemerdekaan bangsa Indonesia, Agustus menjadi momen sejarah bagi kedua pimpinan Buton periode 2012-2017 itu.

Untuk mengenang momen pelantikan keduanya, setiap 19 Agustus, Kabupaten Buton menggelar Festival Budaya Tua Buton yang berlangsung di ibu kota Kabupaten Buton. “Bahkan, Festival Budaya Tua Buton yang berlangsung mulai 19 Agustus-24 Agustus telah masuk Kelender Nasional Kementerian Pariwisata,” ungkap Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun kepada Media Indonesia, di Buton, akhir pekan lalu.

Umar menjelaskan, Festival Budaya Tua Buton yang sudah memasuki tahun keempat perhelatannya tidak lain untuk menunjukkan bahwa Buton sangat menekankan pentingnya kebudayaan.

Apalagi Buton merupakan implementasi kesultanan Buton yang sudah ada pada abad ke-12. Dengan begitu, banyak tradisi dan budaya yang pernah dilakoni nenek moyang, tapi sempat hilang selama tiga dekade terakhir.

“Karena itu, salah satu visi misi kami ialah menjadikan Buton sebagai kabupaten yang berbasiskan bisnis tanpa melupakan budaya. Ini penting agar jati diri orang Buton tetap ada sekaligus menumbuhkembangkan sifat nasionalisme orang Buton sebagai bangsa Indonesia,” terang Umar.

Tidak hanya pada bidang budaya, di bidang pendidikan, Buton pun gencar berbenah. Dia mengatakan pihaknya menekankan pembangunan sekolah dasar (SD) di tiap desa dan jika perlu satu desa memiliki 2-3 SD.

Adapun di bidang kesehatan, Buton yang sebelumnya satu pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) melayani dua atau tiga desa, kini memiliki satu puskesmas pembantu untuk melayani masyarakat di satu desa.

“Pendidikan dan kesehatan penting untuk menjaga kualitas sumber daya manusia (SDM) yang kami miliki,” tegas Umar.


Raih WTP

Selain pembangunan di bidang kebudayaan dan SDM, Umar menyatakan saat ini pihaknya membangkitkan sumber daya alam aspal agar kembali jadi karakteristik Kabupaten Buton yang pernah berjaya di era 1980-an dengan aspal alam. Pada 1982, misalnya, Buton sempat menikmati bulan madu dengan potensi sumber daya aspal, tetapi akhirnya perlahan kandas karena aspal minyak atau aspal cair
yang diimpor pemerintah Indonesia.

“Namun, kini ada spirit dari pemerintah, yakni Presiden Jokowi sudah 2 kali mengundang saya dan Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam, terkait dengan aspal ini, yakni agar aspal buton menjadi aspal nasional. Ini artinya visi misi sudah sampai puncaknya serta tinggal menunggu regulasi dari pemerintah pusat,” terang Umar.

Yang juga penting, imbuh dia, di bawah pemerintahannya, tata kelola keuangan dibenahi secara baik dan benar. Dari empat tahun menjabat, Kabupaten Buton berturut-turut tiga kali mendapat predikat wajar tanpa pengecualian dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Selain itu, pada sisi pembangunan infrastruktur, sekitar 75%-80% akses jalan sudah terhubung dengan baik dari jalan daerah menuju jalan-jalan nasional dan provinsi, serta membuka jalan nasional menuju jalan-jalan potensi petanian dan kelautan.

Dengan begitu, masyarakat tak perlu menempuh jarak jauh dari satu daerah ke daerah lainnya, seperti dulu dari Kecamatan Lawele yang ditempuh dari ibu kota kabupaten Buton, yakni Pasar Wajo ditempuh jarak 127 km, tetapi kini hanya 24 km.

Untuk itu, Umar menegaskan, jika ia diberikan kesempatan kembali memimpin Buton pada periode kedua, ia berjanji menyelesaikan program yang belum terealisasi sekitar 20%-30%. “Kami bakal tuntaskan sesuai visi-misi ketika pertama kali dilantik menjadi Bupati-Wakil Bupati Buton,” pungkas Umar. (S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya