Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
DAMPAK pembangunan yang marak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengakibatkan sejumlah kecamatan di mengalami krisis air. Direktur Amrta Institute, Nila Ardhianie menyebutkan ada 5 kecamatan yang mengalami krisis air karena dampak pembangunan hotel.
"Ada 5 kecamatan paling rawan krisis air,†kata Nila Ardhianie, dalam diskusi Kemerdekaan dan Air untuk Warga, sekaligus bedah film, Jogja Darurat Air, di UC UGM, Senin (15/8).
5 kecamatan itu adalah Gondokusuman, Mergangsan, Mantrijeron, Jetis, dan kecamatan Umbulharjo. Menurut Nila, 5 kecamatan ini merupakan daerah yang padata pendududuk yang memang membutuhkan banyak air, namun hal itu diperparah dengan banyaknya hotel yang berdiri sehingga menyebabkan kebutuhan air semakin meningkat.
"Dengan membandingkan antara imbuhan dan kebutuhan domestik saja sudah terjadi defisit di semua kecamatan, apalagi ditambah dengan kebutuhan bisnis komersial," katanya.
Dalam catatan Amrta Institute, air tanah masih menjadi sumber air minum utama di Yogyakarta. Sejak 2012-2015 PDAM dan masyarakat Yogyakarta, menurut Nila masih menggunakan air tanah sebagai sumber air minum. Penggunaan air tanah ini sangat megancam dan berdampak pada krisis air.
Dalam hitungannya, di Yogyakarta ada 350 hotel yang menyediakan 15.000 kamar. Sedangkan untuk apartemen di Yogyakarta ada 30 apartemen yang menyediakan 12.000 kamar. "Bisa dipastikan menggunakan air tanah," katanya.
Harry Surjadi, salah satu pembicara dalam diskusi tersebut mengajak masyarakat untuk sadar bahwa air adalah kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. "Jadi sudah seharusnya ada gerakan kesadaran masyarakat untuk mengawasi air," katanya.
Menurutnya, Water Watch merupakan langkah kongkrit bagi masyarakat untuk mengawasi air, baik penggunaannya maupun apapun itu terkait air
setiap harinya.
Selain itu, langkah kongkrit yang bisa dilakukan oleh masyarakat adalah dengan membuat sumur resapan di setiap rumah. Eko Teguh Parpurno, ahli geologi dari UPN Yogyakarta, mengajak masyarakat untuk lebih peduli dan bertindak kongkrit. "Buatlah sumur resapan, itu salah satu kongkrit untuk menyimpan air bagi masa depan anak cucu kita," kata Eko Teguh. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved