Gelombang Pasang Rusak Rumah Warga

PT/LD/UL
09/8/2016 06:40
Gelombang Pasang Rusak Rumah Warga
(MI/ALEXANDER TAUM)

AMUKAN gelombang pasang yang melanda wilayah Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, merusak rumah warga di wilayah pesisir.

Tercatat sudah 18 rumah di Dusun Tikang dan Dusun Ililewa, Desa Watutedang, Kecamatan Lela, porak-poranda diterjang pasang.

Korban hempasan gelombang pasang sebanyak 92 jiwa terpaksa mengungsi ke rumah kerabat mereka.

Kepala Desa Watutedang Yuvinus Reko mengatakan gelombang pasang menghantam wilayah pesisir sejak dua pekan lalu.

Namun, gelombang terbesar terjadi kemarin dan merusak setidaknya 18 rumah warga.

Bupati Yoseph Ansar Rera beserta rombongan datang meninjau lokasi.

Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sikka pun menyerahkan bantuan berupa bahan makanan, obat-obatan, tikar, serta terpal.

Seperti halnya Sikka, sejumlah daerah lain di Indonesia masih dibayangi cuaca buruk dan badai tinggi.

Pengamat cuaca di Stasiun BMKG Cilacap Feriharti Nugrohowati menyebutkan ketinggian gelombang di selatan Jateng dan Yogyakarta dapat mencapai 4 meter, sedangkan di samudra sampai ketinggian 5 meter.

Selain gelombang tinggi dan angin kencang, wilayah perairan selatan mulai dari Cilacap, Kebumen, Purworejo, hingga Yogyakarta berpotensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dengan disertai petir.

"Karena kondisi cuaca seperti itu, kami telah melayangkan surat peringatan dini kepada seluruh pengguna jasa kelautan di Jateng dan Provinsi Yogyakarta khususnya agar tetap waspada," tambah Feriharti.

Selama tiga hari ke depan, nelayan di pesisir pantura Cirebon juga diminta mewaspadai angin kencang.

"Angin kencang tersebut berbahaya terutama untuk nelayan dengan kapal kecil," ujar forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Iziyn, kemarin.

Angin kencang dengan kecepatan 5 km/jam hingga 35 km/jam melintas di perairan utara Cirebon dan Indramayu.

Nelayan yang ditemui di pesisir Kota Cirebon mengungkapkan cuaca buruk sekarang ini sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya.

"Anginnya sangat kencang. Perahu kami tidak akan mampu menahan gelombang tinggi yang disebabkan angin kencang tersebut," ujar Narno, warga pesisir Kota Cirebon.

Sambil menunggu angin kembali tenang, sebagian besar nelayan di pesisir Kota Cirebon beralih menjadi tukang/kuli bangunan dan menarik becak agar dapur tetap bisa ngebul. (PT/LD/UL/T-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya