Ribuan Nelayan Jadi Pengangguran

Bagus Suryo
09/8/2016 06:30
Ribuan Nelayan Jadi Pengangguran
(MI/Abdus Syukur)

OMBAK tinggi dan cuaca buruk memaksa nelayan berhenti melaut.

Para nelayan di kawasan selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, meratapi kondisi tersebut karena seharusnya saat ini mereka panen tuna.

"Agustus seharusnya panen tuna, tapi nelayan tidak bisa melaut," tutur Kepala Desa Sendangbiru Sudarsono, kemarin.

Saat ini kawasan selatan Kabupaten Malang sering hujan deras disertai angin kencang dan tinggi gelombang bisa mencapai 5 meter.

Itu sebabnya sekitar 1.500 nelayan yang menggunakan perahu sekoci, jongkong, dan payang tak berani melaut.

Beberapa orang yang terdesak oleh kondisi ekonomi mencoba menantang bahaya, tetapi hasilnya juga tidak optimal.

Akibat sebagian besar nelayan berhenti melaut, produksi tuna menurun drastis.

Setiap harinya hanya sekitar 10 ton, jauh merosot jika dibandingkan dengan saat cuaca tenang sekitar 50 ton.

Tempat pelelangan ikan di Pondok Dadap pun sepi.

Sudarsono berharap pemerintah turun tangan menciptakan lapangan kerja bagi nelayan yang saat ini terpaksa menganggur.

Salah satu masukan kepada pemerintah ialah melatih nelayan dan keluarga mereka sebagai pemandu wisata.

Pantai Sendangbiru, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, sangat potensial untuk dikembangkan.

Wisatawan sudah ramai datang menikmati keindahan pantai yang eksotis.

Gelombang tinggi juga memaksa nelayan di perairan selatan Pantai Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, menganggur.

"Gelombang di Ujunggenteng lebih ekstrem daripada di Pelabuhanratu. Banyak nelayan belum berani melaut," papar Koordinator Forum Koordinasi SAR Daerah Kabupaten Sukabumi Okih Pazri Assidieq.

Perairan Pantai Ujunggenteng terhubung langsung dengan Samudra Hindia.

Saat kondisi cuaca buruk, gelombang lautnya relatif ekstrem, bahkan air laut mencapai darat.

Selama kondisi cuaca ekstrem yang disertai gelombang pasang, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sukabumi Andi Kusnadi meminta warga siaga.

Meski demikian, BPBD belum menetapkan status darurat banjir rob.

Dampak badai mulai terasa di masyarakat.

Ikan laut semakin sulit diperoleh di Pasar Pagar Dewa, Pasar Panorama, dan Pasar Minggu.

Masyarakat di Bengkulu beralih membeli ikan tawar untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga.

Rosna, 45, pedagang ikan di Pasar Panorama, Kota Bengkulu, mengatakan langkanya ikan laut membuat pembeli beralih ke nila, emas, lele, dan mujair dalam sepekan terakhir.

Ikan tawar di Bengkulu dipasok dari Kabupaten Rejang Lebong, Kepahiang, Bengkulu Utara, dan Seluma, dengan harga jual jenis nila, mujair, dan lele seharga Rp22 ribu, sedangkan ikan emas serta gurami Rp30 ribu per kilogram.

Gelombang laut mencapai 5 meter masih terjadi hingga saat ini. Sebanyak tujuh kabupaten/kota meliputi Mukomuko, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Seluma, Bengkulu Selatan, Kaur, dan Kota Bengkulu merupakan wilayah pesisir yang mayoritas warganya berprofesi sebagai nelayan.

Gelombang tinggi dikhawatirkan dapat mengancam sekitar 3.000 jiwa warga yang tinggal di Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara. (BB/MY/T-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya