BMKG Sebut 52 Titik Panas Terpantau di Sumatra

Antara
05/8/2016 21:55
BMKG Sebut 52 Titik Panas Terpantau di Sumatra
(ANTARA)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru menyebutkan satelit mendeteksi 52 titik panas dengan tingkat kepercayaan atas kebakaran hutan dan lahan 50% berada di Sumatra.

"Sensor modis terpasang di satelit Terra maupun Aqua, sore ini terpantau total 52 titik panas di daratan Sumatra," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi, di Pekanbaru, Jumat (5/8).

Dia menjelaskan puluhan titik panas itu tersebar pada 7 provinsi dari total 10 provinsi di pulau terbesar ketiga di Indonesia dengan luas 473.481 kilometer per segi.

Slamet merinci 7 provinsi itu kali ini terkonsentrasi di Sumatra Barat terpantau 16 titik panas dan di Sumatra Selatan terdeteksi 14 titik panas. Lalu Lampung menyumbang 9 titik panas, di Riau sendiri memberi sumbangan 7 titik, Bangka Belitung 3 titik, Bengkulu 2 titik, dan Sumatra Utara tercatat 1 titik panas.

"Tujuh titik panas di Riau, terpantau satelit berada pada dua kecamatan di Kabupaten Kampar yakni tiga di XII Koto Kampar dan dua di Kampar Kiri," katanya.

Sisanya sebanyak dua titik panas lagi, lanjut dia, terdeteksi satelit berada di wilayah Kecamatan Singingi Hilir di Kabupaten Kuantan Singingi. "Titik panas yang kemungkinan jadi titik api dengan tingkat kepercayaan di atas 70% atau berpotensi karlahut terjadi dua titik berada di XII Koto Kampar," ucap Slamet.

Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan dilaporkan fokus memantau kawasan rawan kebakaran hutan dan lahan di lima kecamatan di Ogan Komering Ilir karena lokasi ini terbakar setiap tahun.

Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatra Selatan Sigit Wibowo di Palembang mengatakan lima kecamatan itu ialah Pedamaran Timur, Cengal, Sungai Menang, Tulung Selapan, dan Air Sugihan.

"Berkat tingginya kewaspadaan di lokasi ini maka selama Juni hingga Juli diketahui bahwa jumlah titik panas (hotspot) menjadi jauh berkurang jika dibandingkan dengan tahun lalu," kata dia.

Tim, ucapnya, sangat fokus mencegah munculnya titik api di tiga titik rawan yakni di kawasan Pantai Timur, Ogan Komering Ilir (OKI), perbatasan Banyuasin dan OKI, dan sebelah Utara dari Kabupaten Musi Banyuasin dengan luas areal sekitar 1,4 juta hektare. Kawasan ini diperkirakan kelompok gambut dalam yang apabila terbakar maka sangat sulit untuk dipadamkan karena api menjalar di bawah tanah.

"Ini semua berdasarkan analisa mendalam bahwa sejak 2007, selalu saja tiga lokasi ini sebagai daerah pemproduksi asal (kebakaran, red). Sehingga pada tahun ini sangat diharamkan sekali kebakaran terjadi di tiga lokasi ini," terangnya.

Pemerintah Provinsi Riau sebelumnya telah memperpanjang status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan yang berlaku enam bulan atau sejak Juni hingga 30 November 2016.

Komandan Satuan Tugas Karhutla Riau, Brigjen TNI Nurendi, mengatakan, perpanjangan status itu sebagai upaya untuk memaksimalkan pencegahan penanggulangan karhutla karena setiap tahun terus terjadi terutama dalam 18 tahun terakhir.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Willem Rampangilei, sebelumnya telah memerintahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar tetap meningkatkan pemadaman dan pencegahan karhutla.

"Bagi masyarakat diimbau untuk tidak membakar, terutama saat membuka lahan. Sebab, dampak karhutla sangat luar biasa dan merugikan semua pihak. Pencegahan harus ditingkatkan karena lebih efektif daripada pemadaman," katanya. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya