Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
ANTI Ristanti, warga RT 034/RW 010, Kampung Suryoputran, Kelurahan Panembahan, Kota Yogyakarta, kaget dan ketakutan ketika membuka pintu rumahnya pada Selasa (2/8).
Pasalnya, ia melihat sang ayah, Waluyo, 62, yang meninggal pada 7 Mei 2015 muncul lagi. “Aku ini bapakmu, Nduk,” kata Waluyo.
Dengan penuh keraguan Anti pun menjabat tangan ayahnya. Ketika mendengar suara Waluyo, sang istri Alin S Katinah pun keluar dari dalam rumah. “Istri saya masih mengenal suara saya dan fisik saya. Dia langsung memeluk saya sambil menangis,” tambah Waluyo.
Kembalinya Waluyo ke tengah-tengah keluarganya dan Kampung Suryoputran tentu saja menghebohkan warga setempat. Itu karena Waluyo sempat dikabarkan koma dan dirawat pada 2-7 Mei 2015 di RSUP dr Sardjito, kemudian meninggal dan dimakamkan di tempat kelahirannya di Suren Kulon, Canden, Jetis, Bantul.
Saat itu memang ada korban kecelakaan tabrak lari tanpa identitas yang kritis di RSUP dr Sardjito. Saat mendengar berita itu, istri dan anak Waluyo pun mencari tahu. Pasalnya, ia menghilang dari keluarganya sejak Januari 2015. Saat tiba di RS, istri dan anaknya meyakini sosok itu ialah Waluyo.
Lebih lanjut, pria yang semula penarik becak itu pun berkisah soal kepergiannya tanpa pesan itu. “Waktu itu saya bingung karena becak yang menjadi andalan mencari uang diambil pemiliknya lantaran saya tidak mampu melunasi uang cicilan,” tuturnya.
Waluyo pun menggelandang dengan berjalan kaki selama 4 hari ke Semarang, Jawa Tengah. Tak sepeser uang pun ia kantongi. Untuk makan, Waluyo mengharapkan pemberian orang di pinggir jalan. Ia tidur di emperan-emperan toko.
“Baru sejak Desember 2015, saya menetap di Pusponjolo, Semarang Barat, dan menjadi tukang sapu. Saya menyapu jalan setiap pagi dan jadi tukang parkir kendaraan pada sore hari dengan upah Rp700 ribu per bulan dan ada tambahan dari pemilik toko,” tambahnya lagi.
Namun, karena merasa usianya bertambah tua dan khawatir tidak ada yang mengurus jika ada kejadian yang tidak diinginkan, Waluyo pun memutuskan menemui keluarganya di Yogyakarta seusai menerima upah Rp700 ribu dan THR Rp200 ribu.
Kembalinya Waluyo tentu saja membuat ketua RT tempatnya tinggal, Pranowo, harus mengurus administrasi data barunya. “Kami baru mengurus administrasi kependudukan di kecamatan karena akta kematian sudah terbit. Pengurusan administrasi tidak bisa langsung selesai karena pembatalan surat kematian membutuhkan pengesahan dari pengadilan,” jelas Pranowo.
Pihak RS dr Sardjito mengaku mengganti identitas korban tidak dikenal itu menjadi Waluyo, berdasarkan pengakuan anak dan istri, KTP, KK, serta surat keterangan dari Kasatlantas Polres Gunungkidul yang menyatakan bahwa pasien tanpa identitas itu ialah Waluyo. (Agus/Ardi/Furqon/X-8)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved