Menjemput Rupiah di Kawah Bromo

MI
23/7/2016 12:07
Menjemput Rupiah di Kawah Bromo
(MI/Abdus Syukur)

TANPA rasa khawatir dan waswas, dua laki-laki menggerakkan kaki dengan lincah, berlari menuruni dinding pinggiran kawah Gunung Bromo di Jawa Timur, Kamis (21/7) pagi. Langkah kaki mereka terhenti di 3 meter sebelum lubang menganga yang mengepulkan asap belerang.

Bukan lubang itu yang membuat mereka berhenti berlari, melainkan sebuah benda logam berkilat-kilat yang terpantul cahaya pagi, yang terletak tidak jauh dari lubang berasap itu.

Kedua laki-laki itu tidak sendirian. Belasan laki-laki dan perempuan lain pun melakukan hal sama. Mereka mencari rezeki, memungut sayuran, ayam, dan uang yang dilemparkan ke kawah Bromo, saat peringatan Yadnya Kasada atau Hari Raya Kasada.

Ritual adat di hari raya besar suku Tengger umat Hindu di Bromo itu dirayakan di hari ke-14 bulan Kasada dalam penanggalan Jawa, pada tengah malam hingga dini hari, tepat di kaki Gunung Bromo.

Di hari itu, barisan para pemungut sesaji berbaris bersaf-saf di kawah Bromo. Yang perempuan berada di depan, sedangkan lelaki paruh baya di belakang. Bagian paling belakang dekat lubang kawah Bromo menjadi tempat berdiri para lelaki berusia muda.
“Ayo dik, bukune ndang diuncalke nang kawah ben tambah pinter sekolahe (bukunya dilemparkan ke kawah biar makin pandai sekolahnya),” teriak seorang pemungut kepada seorang anak bersama rombongannya.

Mereka menggunakan alat seperti jaring untuk menangkap uang atau barang-barang yang dilontarkan. Mereka juga memasang terpal atau plastik di bagian atas pinggiran kawah itu.

Bagi ribuan pengunjung, aksi belasan pemungut sesaji di pinggir kawah Bromo itu tak ubahnya menentang maut. Sedikit saja tergelincir, tubuh mereka tidak mungkin lagi bisa dihentikan. Itu bisa menambah tumbal untuk kawah Bromo.

“Ih, ngeri sendiri melihatnya. Berlari mengejar uang sampai sebegitunya. Depan mereka itu lubangnya besar banget, salah langkah sedikit saja bisa masuk ke kawah itu,” kata Setyorini, pengunjung asal Ponorogo.

Para pencari rezeki di kawah itu mengaku, mereka warga Tengger yang bermukim di sekitar Bromo. Aksi memungut uang dan barang-barang sesaji yang dilontarkan ke dalam kawah itu, menurut mereka, hanya dilakukan saat peringatan Yadnya Kasada.
Pasalnya, nilai uang dan barang-barang yang dilontarkan cukup besar.

“Kerja seperti ini (memungut sesaji) hanya sehari ini. Biasanya ke ladang, jadi buruh tani,” ujar salah satu pemungut sesaji Bromo bernama Wiwik, asal Sukapura, Probolinggo.

Barang-barang yang didapat dan dikumpulkan bukan untuk dimiliki, melainkan dijual kembali. Seperti yang dilakukan salah seorang perempuan pemungut sesaji itu saat menjual seekor ayam berukuran kecil dengan harga Rp20 ribu saja.

“Ayam seperti ini hanya ditawar Rp10 ribu. Kalau mau bayar saja Rp20 ribu. Kalau tidak mau biar tak bawa pulang dan dijual di rumah saja,” kata seorang pemungut sesaji.
Mereka jelas tak menghiraukan erupsi Gunung Bromo saat ini, termasuk larangan berada dalam radius 1 km dari kawah.

Bagi mereka, memungut rezeki di kawah dinilai lebih berarti. (Abdus Syukur/N-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya