Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SEJUMLAH tokoh dan masyarakat sepakat menyematkan gelar Bapak Bandung pada Dada Rosada. Mantan Wali Kota Bandung dua periode itu dinilai pantas menyandang gelar itu karena selama kepemimpinannya meninggalkan banyak warisan baik.
Penganugerahan itu disepakati sejumlah tokoh, sesepuh dan sekitar 500 warga yang hadir dalam saresehan yang digelar pada Kamis (9/3), di salah satu hotel di kawasan Dago. Di antara mereka ialah tokoh Sunda Popong Djunjunan, Rektor Universitas Islam Nusantara Prof Obsatar Sinaga, mantan birokrat Edi Siswadi, pemimpin forum ormas Islam, sejumlah tokoh organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
Popong yang didaulat menyampaikan uneg-unegnya terhadap pola kepemimpinan di Kota Bandung dari masa ke masa, mengakui Dada membawa angin segar di bidang sosial dan kemasyarakaan saat menjadi wali kota periode 2003-2013.
"Pemimpin itu tidak sombong, mau mendengar keluhan masyarakat alias tidak budeg. Pemimpin juga harus terbuka, transparan, dan itu saya lihat ada pada diri Dada Rosada saat memimpin Bandung," ungkap mantan anggota DPR RI lima periode itu.
Dia sepakat warga Kota Bandung membutuhkan pemimpin formal dan non formal. Dada pantas menjadi pemimpin non formal, tempat bertanya dan menampung keluhan warga.
Sementara itu, Guru Besar Universitas Padjadjaran Prof Obsatar Sinaga mengakui sang birokrat tulen itu memiliki jejak baik di dunia pendidikan. "Selama menjabat wali kota, Pak Dada memberikan banyak beasiswa untuk mahasiswa. Saya salah satunya dan banyak mahasiswa seangkatan saya yang tidak bisa melupakan Pak Dada."
Dada Rosada, lanjutnya, tidak hanya menebar kebaikan lewat beasiswa. Dia juga terbuka untuk saran dan tidak keberatan dimintai saran.
"Saat kuliah, Pak Dada berbicara pribadi dan meminta saya menekuni dunia pendidikan dan tidak melirik menjadi pegawai pemda. Insting Pak Dada ternyata benar. Kini saya bisa menjadi guru besar dan memimpin kampus besar," tandas mantan Rektor Universitas Widyatama Bandung, itu.
Pekerja keras
Pada kesempatan itu, Edi Siswadi yang pernah menjabat Sekretaris Daerah Kota Bandung mengakui kinerja Dada Rosada sulit diimbangi anak buahnya. "Bapak bekerja tanpa kenal waktu dan sepertinya tidak pernah lelah. Pernah satu kali setelah berkegiatan seharian, Pak Dada masih mengajak kami untuk rapat pada pukul 02.00 WIB, dinihari."
Selama memimpin Kota Bandung, lanjut dia, Dada Rosada tidak hanya bekerja di pagi hingga sore hari. "Pada malam hari, rumah dinasnya tidak pernah sepi. Masyarakat dengan tumpukan proposalnya terus diterima Bapak sampai larut malam."
Edi juga melihat setelah tidak menjadi pemimpin formal, pengakuan sebagai pemimpin non formal juga masih diberikan pada Dada Rosada. "Sampai saat ini, rumahnya masih tidak pernah sepi dari kunjungan warga."
Dia pun sepakat dengan penganugerahan Bapak Bandung untuk Dada Rosada. "Beliau itu pemimpin non formal untuk selamanya."
Saat memimpin Kota Bandung, Dada Rosada meninggalkan banyak jejak pembangunan. Di antaranya, dia yang memulai dan menginisiasi pembangunan Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Dada juga yang sukses menata kawasan bebas pedagang kaki lima.
Memang, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Dada juga terseret kasus suap yang melibatkan anak buahnya. Dia divonis 10 tahun penjara.
Namun, pamor bapak tiga anak itu ternyata belum pudar. Saat bebas dari tahanan, tahun lalu, Dada disambut ribuan warga, ormas dan tokoh masyarakat. Kini, pria berusia 76 tahun ini dianugerahi masyarakat sebagai Bapak Bandung. (N-2)
PDI Perjuangan merekomendasikan Ono Surono sebagai Bakal Calon Gubernur Jawa Barat yang akan bertarung di Pilkada 2024.
Mereka adalah penderita albinisme yang terkenal dan mendunia.
Pengalaman hidupnya ditiru dan menjadi teladan oleh yang muda-muda terutama yang ingin menjadi pemimpin di masa depan.
Terlahir sebagai golongan priayi yang sudah memiliki kepastian hidup dari segi harta ternyata tidak cukup untuk Raden Ajeng (RA) Kartini.
Oppal Multi-platform Media dengan bangga mengumumkan kemitraan strategis bersama 8Infini sebagai official partner untuk Digital Out-of-Home (DOOH)
Buku The Indonesian Next Leader mengulas 18 tokoh inspiratif yang terbagi dalam empat kategori, yakni klaster pemimpin daerah, pejabat publik, akademisi, dan pengusaha.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved