Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
TIAP penghujung tahun, warga Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, selalu harap-harap cemas. Hampir 70% dari 736 ribu penduduk Kota Balikpapan menggantungkan hidup mereka pada pelayanan air bersih. Mereka ialah pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Manggar.
Namun, saat memasuki penghujung tahun, sumber air baku Waduk Manggar di Karang Joang, Balikpapan Utara, terus mengering. Padahal, Waduk Manggar masih menjadi sumber utama air baku di Balikpapan.
Untuk bisa mengisi waduk, perlu berbulan-bulan menunggu datangnya musim hujan. Terkadang datangnya hujan tidak bisa diprediksi. Kadang hujan datang lebih awal, kadang pula telat. Jika kemarau lebih panjang, warga Balikpapan makin gelisah karena sulit mendapatkan air bersih. Caci maki kerap dilontarkan ke PDAM Tirta Manggar.
“Ini awal perjuangan saya sebagai konsumen yang dirugikan PDAM. Tiap tahun tarifnya naik sebesar 10% sejak 2008. Saya selalu dirugikan. Bayar tiap bulan tapi air tidak pernah mengalir ke rumah. Ini sudah berbulan-bulan,” keluh Mappaselle bin Benteng, warga Balikpapan Timur, seusai melayangkan gugatan ke PDAM pada Maret lalu.
Sejak 2008, PDAM Tirta Manggar diberi keistimewaan melalui perda dan perwali untuk menaikkan tarif dasar air 10%.
Bahkan caci maki sering dilontarkan para pelanggan di media sosial, turun ke jalan, hingga menuntut ganti rugi.
Mappaselle mewakili para pelanggan PDAM mengungkapkan sejak Desember tahun lalu tidak pernah menikmati air bersih. Sebaliknya, mereka harus mengeluarkan uang untuk membeli air bersih. Tiap tandon dijual Rp150 ribu atau naik dua kali lipat dari harga normal Rp70 ribu per tandon. Sebagian warga menghabiskan air satu tandon untuk dua hingga tiga hari. Pada umumnya mereka memanfaatkan air untuk mencuci, mandi, dan memasak.
“Biasanya saya hanya keluarkan biaya pemakaian air Rp400 ribu per bulan bayar tagihan. Sudah tiga bulan ini saya beli air tandon. Per bulannya saya habis Rp1,5 juta untuk membeli air. Bagaimana lagi, air PDAM mati selama enam hari dan hanya mengalir satu hari. Bayangin saja kalau kita tidak mandi sehari saja,” keluh Mappaselle.
Ia berharap gugatan tersebut dapat membuka mata jajaran PDAM dan Pemkot Balikpapan agar bisa menyediakan sumber air minum tanpa mengandalkan Waduk Manggar. Mappaselle menuding PDAM malah berinovasi dan berlindung di balik Waduk Manggar.
Sapi perah
Selain masalah ketersediaan air, muncul pula masalah lain yang mengganggu pelayanan. Dewan Pengawas PDAM Balikpapan menuding perusahaan daerah itu menjadi sapi perah sejumlah oknum. Tindakan ilegal itu menyebabkan PDAM selalu merugi.
“Saya buka-bukaan, ada yang meminta untuk keperluan tertentu, keperluan pribadi. Saya tidak punya bukti tapi saya punya saksi. Nantinya yang pusing direksinya. Kasihan kalau direksi mau dapat uang dari mana kalau diperah terus?” ujar Sugito, salah satu anggota Dewan Pengawas PDAM Balikpapan.
Dewan pengawas saat ini sedang menyusun cetak biru bersama jajaran PDAM untuk memaksimalkan layanan. Salah satunya dengan proyek desalinasi air laut dengan skala besar kepada pemerintah pusat. Usul tersebut sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Balikpapan beberapa waktu lalu.
Sekretaris Dewan Pengawas PDAM Balikpapan Damuri menjelaskan, untuk kebutuhan air baku, tidak cukup hanya dengan membangun waduk. Untuk jangka panjang, tetap diperlukan langkah lain seperti desalinasi air laut.
“Kita usulkan desalinasi air laut diperbanyak. Perkembangan kota kan tidak hanya setahun atau dua tahun, tapi selamanya. Sementara itu, kondisi debit air waduk itu terus berkurang karena daerah resapan,” terang Damuri.
Terlebih lagi Balikpapan tidak memiliki sungai. Di sisi lain, beberapa daerah di Indonesia telah sukses menerapkan sistem desalinasi tersebut. Salah satunya ialah Kota Jakarta yang telah mampu mendistribusikan air kepada warganya.
Pada bagian lain, Direktur Utama PDAM Haidir Effendi menanggapi masalah krisis air tersebut. Dalam waktu dekat, pihaknya akan memanfaatkan empat bendungan pengendali (bendali) yang dikelola Balai Wilayah Sungai Kalimantan III Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Pada musim kemarau, bendali berfungsi sebagai penampung air limbah rumah tangga.
“Bendali yang ada ini kan didesain untuk menampung air jangka waktu pendek. Jadi desainnya tidak bisa dijadikan sumber air baku. Jadi rencananya Kementerian Pekerjaan Umum akan meredesain. Kami juga sudah usulkan masalah ini ke Kementerian Pekerjaan Umum, juga kepada pak wali kota telah berkirim surat,” kata Haidir.
Dia menambahkan, apabila pemanfaatan berjalan lancar, bendali tersebut dipastikan akan mampu mengatasi krisis air yang ada di Balikpapan. Keberadaan bendali bisa melayani distribusi air yang ada di sekitar kawasan. “Kalau itu bisa terealisasi, minimal bisa mengatasi krisis air di sekitar kawasan bendali,” tambahnya. (N-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved