Peta Zona Bencana Kurang Disosialisasikan

Ardi Teristi Hardi
22/6/2016 06:15
Peta Zona Bencana Kurang Disosialisasikan
()

PEMERINTAH daerah perlu mengedukasi masyarakat secara terus-menerus terkait zona bahaya bencana. Dengan edukasi itu, masyarakat dapat taat dan mematuhi rambu-rambu bahaya bencana yang ada.

“Setiap daerah telah menyusun pemetaan zona bahaya bencana. Pemetaan itu seharusnya diintegrasikan ke tata ruang. Jika masyarakat patuh dengan tata ruang dan rambu-rambu pada zona bahaya tersebut, timbulnya korban jiwa bisa diminimalkan,” kata pakar tanah longsor (landslide) dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Dwikorita Karnawati, kemarin.

Tata ruang yang disusun, lanjut Rektor UGM itu, harus terintegrasi dengan lokasi zona bahaya bencana, seperti rentan tanah longsor dan banjir.

“Misalnya, zona bahaya bencana bukan untuk lokasi budi daya tanaman atau permukiman, dan itu masyarakat harus patuh,” tambah Dwikorita.

Pendapat senada disampaikan pakar kebencanaan UGM lainnya, Agung Setianto. Ia menyoroti kendala dalam mitigasi bencana, salah satunya terkait ketersediaan data peta geologi yang belum detail.

Di sisi lain, Wakil Bupati Banjarnegara, Jawa Tengah, Hadi Supeno membantah jika disebut daerah tidak memiliki peta bencana dan tidak menyosialisasikan kepada masyarakat.

“Kami bersama seluruh aparat dari kabupaten hingga ke desa terus melakukan sosialisasi di wilayah yang rawan bencana. Namun, faktor penyebab berulangnya bencana sangat kompleks, tak hanya menggunakan peta bencana sebagai acuan pembangunan,” ujarnya.

Ia menyebut, di Kabupaten Banjarnegara kerap terjadi tanah longsor yang menyebabkan korban jiwa. Di akhir 2014 lalu, misalnya, di Dusun Jemblung, Kecamatan Karangkobar, terjadi tanah longsor yang menelan ratusan korban jiwa.

Landa Sangihe
Hujan deras yang turun terus-menerus selama dua hari juga mengakibatkan banjir bandang di Desa Kolongan Akembawi, Kecamatan Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, kemarin malam.

Sampai berita ini diturunkan, empat korban hilang masih dalam pencarian. Ketinggian air yang sempat mencapai 40 cm mulai surut. Warga bersama tim SAR terus berupaya mencari korban.

Selain korban jiwa, banjir akibat hujan deras selama dua hari tersebut juga meluluhlantakkan 40 rumah penduduk. Akibatnya, 200 keluarga terpaksa mengungsi ke tempat yang layak huni dan aman.

Selain di Sangihe, banjir dan tanah longsor juga menerjang permukiman warga di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat. Bukan hanya merusak rumah warga, banjir dan longsor juga memutus akses jalan.

Sementara itu di Jateng, tim SAR gabungan kembali menemukan tujuh korban yang tertimbun di Purworejo. Ketujuh korban dalam kondisi tewas, kemarin. (Tim Media/X-8)

ardi@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya