Kartini Kendeng Mengadu ke Ganjar

MI
15/6/2016 09:40
Kartini Kendeng Mengadu ke Ganjar
(Antara/Fauziyyah Sitanova)

SEMBILAN perempuan yang dikenal sebagai Sembilan Kartini Kendeng mendatangi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, kemarin. Warga tiga kecamatan di Kabupaten Pati itu meminta dukungan kepada Gubernur atas penolakan mereka terhadap ekspansi pabrik semen dan penambangan batu kapur di Pegunungan Kendeng Utara.

"Kami melawan tidak dengan cara tindakan yang arogan dan anarkistis, tapi dengan cara damai. Sehari-hari, kami ialah petani, menjadi tuan atas tanah kami sendiri," kata Gunretno, koordinator aksi.

Penambangan di Pegunungan Kendeng itu dilakukan PT Sahabat Mulia Sakti, anak perusahaan PT Indocement. Warga menolak daerahnya ditambang dengan cara mengajukan gugatan atas surat keputusan Bupati Pati lewat Pengadilan Tata Usaha Negara Semarang. Aksi penolakan juga digelar warga dengan cara unjuk rasa.

Gunretno menambahkan sejak dulu warga Kendeng sudah dikaruniai kesejahteraan karena mendapat lahan yang subur untuk pertanian. Karena itu, mereka terus berjuang untuk melestarikan tanah garapan.

"Kami melestarikan lingkungan untuk menghindari berbagai bencana ekologis yang akan timbul jika Pegunungan Kendeng dieksploitasi," tambahnya.

Pegunungan Kendeng Utara diketahui memiliki banyak mata air dan sungai bawah tanah sehingga bisa memasok kebutuhan air warga tanpa henti. Selain itu, di wilayah itu banyak terdapat situs budaya.

Kepada warganya, Ganjar Pranowo berjanji akan ikut mengawal dan melakukan pendampingan. "Saya siap melakukannya dengan cara-cara yang manusiawi. Saya juga minta warga mencari jalan keluar dengan cara-cara yang baik," tandasnya.

Kemarin, puluhan warga Desa Tamanmekar, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, mendatangi kantor badan pengelolaan lingkungan hidup. Mereka juga membawa limbah cair yang dikemas layaknya takjil.

Massa mengenakan pakaian serbahitam, tanda dukacita. Mereka mengaku kesal dengan pencemaran sungai di wilayah mereka yang terjadi akibat ulah salah satu perusahaan kertas.

"Mereka membuang limbah yang belum diolah langsung ke sungai. Sungai Cikereteg merupakan anak Sungai Cibeet yang airnya dulu bisa digunakan untuk mandi dan konsumsi warga," kata Nace Permana, koordinator warga.

Namun, karena pembuangan limbah pabrik, sungai itu saat ini, dalam kondisi hitam dan bau. Dalam penelusuran warga, pembuang limbah paling banyak ialah pabrik kertas tersebut. Kepada petugas Kantor BLH Karawang, massa menyerahkan 2 liter limbah cair. (HT/CS/N-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya