Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
TINGGINYA laju pertumbuhan penduduk membuat Indonesia harus melakukan diversifikasi pangan. Sagu bisa menjadi pilihan terbaik.
"Dengan berkurangnya sawah di Jawa, kondisi cuaca yang tidak menentu, serta waktu dan biaya untuk terus membudidayakan padi, perlu ada alternatif karbohidrat. Pilihan terbaik dan bisa dibudidayakan di Indonesia ialah sagu," kata Prof Hasyim Bintoro, pakar sagu dari Institut Pertanian Bogor (IPB), di Bandung, Jawa Barat, kemarin.
Saat ini, total area sagu di dunia mencapai 6,5 juta hektare. Sebanyak 5,5 juta hektare di antaranya ada di Indonesia. Pemerintah dapat memaksimalkan potensi itu tak hanya sebagai komoditas pangan nasional, tetapi juga untuk industri guna memajukan kesejahteraan rakyat.
Secara alami, tanaman sagu tumbuh membentuk hutan-hutan yang tersebar di pantai barat dan timur Sumatra, juga wilayah kepulauan seperti Kepulauan Mentawai, Kepulauan Meranti, Kepulauan Riau, dan Kalimantan.
Budi daya sagu juga tidak membutuhkan perawatan dan biaya yang mahal karena populasinya yang tinggi. Serangan hama dan penyakitnya pun tidak akan banyak merugikan.
"Hasil penelitian memperlihatkan dengan atau tanpa pupuk, pohon sagu tetap menghasilkan pati yang tinggi. Tanaman ini sehat dikonsumsi karena memiliki kadar serat yang tinggi dengan kadar glikemik yang rendah," tambah Hasyim.
Untuk bahan baku industri, lanjut dia, pati sagu dapat diolah menjadi plastik yang mudah terurai dan ramah lingkungan. Sagu juga bisa digunakan sebagai bahan perekat untuk industri kayu.
Pohon sagu juga bisa dimanfaatkan sebagai alternatif pakan ternak, media jamur, serta media bibit kelapa sawit, kakao, dan cengkih. "Banyak kegunaan sagu. Karena itu, pemerintah harus memberi perhatian terhadap komoditas ini," tandas Hasyim.
Di Pangkalpinang, Pemerintah Provinsi Bangka Belitung merangkul Badan Tenaga Nuklir Nasional untuk melakukan rekayasa guna membebaskan lada dari penyakit tanaman.
"Kami melakukan rekayasa di Balai Benih Bangka Belitung (Babel) dengan menggunakan metode penyinaran nuklir, dengan tingkat radiasi yang sudah diatur," kata Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Babel, Toni Batubara.
Dua penyakit lada yang diwaspadai ialah daun kuning dan pembusukan akar. Penyakit itu muncul karena kurang perawatan, baik air maupun pupuk. Selain itu, Pemprov Babel bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk menghasilkan bibit lada unggulan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved