Pengembangan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin Sedot Dana Rp2,2 Triliun

Denny S
15/5/2016 15:03
Pengembangan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin Sedot Dana Rp2,2 Triliun
(MI/Denny saputra)

SETELAH tertunda sejak 2010 lalu, proyek pengembangan Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menjadi bandara internasional memasuki babak baru dengan dimulainya lelang terbuka paket proyek senilai Rp2,2 triliun. Proyek pengembangan bandara ini ditargetkan selesai pada 2018 mendatang.

Gubernur Kalimantan Selatan Sahbirin Noor, Minggu (15/5), mengatakan pihaknya berharap proyek pengembangan Bandara Syamsudin Noor tidak lagi mengalami penundaan.

"Proyek bandara ini sudah molor beberapa tahun. Padahal pengembangan bandara sangat diharapkan masyarakat dan berpengaruh pada ekonomi daerah," tuturnya.

Menurut Sahbirin, molor proyek bandara ini juga telah disampaikan pihaknya langsung kepada Presiden Jokowi beberapa waktu lalu agar mendapat prioritas terkait percepatan pembangunan infrastruktur di daerah.

Selain bandara, infrastruktur lainnya yang sangat diperlukan masyarakat Kalsel adalah masalah kelistrikan, jalan Trans-Kalimantandan, jembatan penghubung daratan Kalimantan dan Pulau Laut, Kotabaru.

Manager Proyek pengembangan Bandara Syamsudin Noor, Thoacid Purnomo Hadi, mengungkapkan lelang proyek pengembangan bandara akan dimulai pada 16 Mei 2016 secara terbuka. Lelang proyek pengembangan bandara dibagi dalam dua tahap yaitu tahap pertama berupa pembangunan terminal atau bangunan utama Bandara Syamsuddin Noor sebesar Rp1,3 triliun dan tahap II berupa apron, bangunan penunjang dan perpanjangan run way sebesar Rp900 miliar.

Proyek pengembangan bandara ini merupakan salah proyek mangkrak di Kalsel. Peletakan batu pertama pengembangan Bandara Syamsudin Noor telah dilakukan Wapres Jusuf Kalla pada Mei 2015 lalu, namun hingga saat ini di lokasi pelaksanaan ground breaking sama sekali tidak terlihat adanya aktivitas proyek yang dilakukan. Bahkan di lokasi yang masuk dalam kawasan pengembangan bandara, masih ada beberapa warga yang bertahan menempati rumahnya. Bahkan, pembangunan dan pengembangan bandara utama di Kalsel ini telah tertunda sejak 2010, menyusul adanya sengketa pembebasan lahan.

Bandara ini pernah meraih predikat sebagai bandara besar terburuk di Indonesia dari tingkat pelayanan dan kondisi bandara. Tercatat selama 2014 Bandara Syamsuddin Noor melayani tidak kurang dari 3,7 juta penumpang, jauh melampui kapasitas yang hanya 1,3 juta penumpang per tahun.

Bandara yang pengembangannya didesain berbentuk perahu jukung dengan garis tegas bangunan berbentuk intan dan berstandar internasional ini akan memiliki luas areal terminal mencapai 125.000 meter persegi dari luas terminal saat ini hanya 6.600 m2. Bandara ini nantinya mampu menampung 10 juta penumpang per tahun. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya