Kesadaran Mengolah Sampah Warga Denpasar belum Maksimal

Arnoldus Dhae
05/5/2016 13:53
Kesadaran Mengolah Sampah Warga Denpasar belum Maksimal
(Antara/Fikri Yusuf)

KESADARAN masyarakat Kota Denpasar dalam mengolah sampah sampai saat ini dinilai belum maksimal. Hal ini disampaikan Catur Yudha Hariyani dari Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali di Denpasar, Kamis (5/5).

Menurutnya, untuk di Bali, khususnya di Kota Denpasar, Pemerintah Kota Denpasar masih terus berupaya memberikan edukasi atau pemahaman bagaimana bisa mengolah sampah dan dampak yang ditimbulkan bila sampah tidak dikelolah dengan baik.

"Banyak wacana atau peraturan terkait sampah yang dikeluarkan oleh pemerintah. Namun kendalannya dari semua wacana itu masih banyak masyarakat yang belum bergerak. Tapi memulai perubahan sampah dengan direcycle atau pengelolaan sampah, di Denpasar, sekitar 40 persen masyarakatnya sudah bergerak," ujarnya.

Ia mengaku PPLH Bali terus memberikan edukasi dan mensosialisasikan dampak buruk akibat sampah jika tidak ditangani dengan serius. Sasaran utama adalah agar masyarakat bisa melakukan pengolahan sampah sendiri di rumah tangga masing-masing.

Bila masyarakat sudah mampu melakukan pengolahan sampah rumah tangga, maka bisa ditingkatkan sosialisasi ke sekolah, banjar, dan lembaga lainnya. Bila di tingkat kelompok terkecil masyarakat sudah mampu mengolah sampah sendiri maka kesadaran kolektif tentang sampah dan pengolahannya dengan sendirinya akan terbangun.

"Yang kami harapkan tentu mereka bisa melakukan 3 R dalam rumah tangga masing-masing. Pengurangan disosialisasikan seperti sekarang ada sampah plastik berbayar. Kita juga mengajarkan anak bawa air minum dari rumah dan bekal, penggunaan kembali reduce disosialisasikan. Banyak hal dengan menggunakan barang bekas jadi pot tempat pensil tas, mendaur ulang organik, memberikan pemahaman sampah jadi kompos dan sebagainya," paparnya.

Upaya seperti ini sebenarnya sudah sejalan dengan program pemerintah. Pemerintah Indonesia telah menyatakan perang terhadap sampah atau darurat sampah plastik. Namun disatu sisi pengelolaan sampah dirasa masih kurang karena tingkat kesadaran masyarakat akan dampak yang ditimbulkannya masih sangat rendah. Diharapkan pemerintah terus pro aktif melibatkan para perusahaan yang memiliki output sampah plastik agar bisa menjadi CSR-CSR yang bertanggung jawab.

Seperti diketahui, dampak akibat jika sampah dibuang sembarangan antara lain bau tidak sedap, pemandangan jadi tidak menyenangkan. Ditambah ada isu demam berdarah yang dipengaruhi oleh lingkungan yang buruk kotor dan tidak terawat.

Saat ini, penghasilan sampah di Kota Denpasar rata-rata 2800 meter kubik yang dikirim ke TPA. Namun menurutnya, belum semua masyarakat membuangnya ke sana.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya