Sulteng Datangkan Beras dari Jatim

M Taufan SP Bustan
13/4/2016 09:10
Sulteng Datangkan Beras dari Jatim
(Antara)

PERUSAHAAN Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) Divisi Regional Sulawesi Tengah terpaksa mendatangkan 3.000 ton beras dari Surabaya, Jawa Timur, guna memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kepala Bidang Pelayanan Publik Perum Bulog Sulteng Abdul Gani mengatakan pengadaan beras dari luar daerah dilakukan karena realisasi pengadaan beras Bulog di sejumlah sentra produksi padi di Sulteng nihil. "Karena pengadaan di daerah sendiri belum dilakukan, untuk tetap mengamankan stok di gudang, terpaksa pengadaan dari Surabaya dilakukan," katanya di Palu, kemarin.

Menurut Gani, pendistribusian beras dari Surabaya masuk ke Palu dilakukan lewat dua tahap. Saat ini, sudah diterima 500 ton dan tahap kedua 2.500 ton masih di perjalanan.

Gani menyebutkan belum adanya realisasi pengadaan beras di sentra produksi padi di Sulteng, bukan karena belum masuk masa panen, melainkan murni karena harga pembelian pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan kalah dengan harga pembelian sejumlah pengepul yang sudah jauh hari menunggu petani.

"Mau dipaksa untuk membeli juga tidak bisa karena HPP Bulog hanya Rp7.300 per kg. Sedangkan harga pembelian pengepul sampai Rp8.250 bahkan Rp8.500 per kg. Jelas Bulog dengan harga murah tidak akan mendapat apa-apa," ungkapnya. Meski demikian, pihak mereka masih menyimpan optimisme pada panen raya pertengahan April hingga Juni nanti.

"Kami optimistis target 42.000 ton di tahun ini bisa tercapai," ujarnya. Sebaliknya, Perum Bulog Subdivre Wilayah Kedu mengaku telah menyerap 10 ribu ton gabah kering panen (GKP). Suplai gabah diserap dari Magelang, Purworejo, Kebumen, Temanggung, dan Wonosobo.

Humas Bulog Subdivisi Regional Banyumas, Jawa Tengah, M Priyono juga melaporkan penyerapan gabah telah mencapai 7.500 ton dari pengajuan kontrak mitra yang mencapai 11 ribu ton. "Saat ini, rata-rata penyerapan mencapai 800 ton per hari," ucapnya.

Dari Jawa Timur, Kepala Bulog Kantor Subdivisi Regional Malang Arsyad menyebutkan, pengadaan gabah di wilayahnya sudah mencapai sekitar 20 ribu ton. Pasokan terus mengalir setelah mitra kerja, petugas Bulog, hingga TNI gencar ke lapangan mendatangi petani.

Harga anjlok
Harga GKP yang rendah pun dikeluhkan para petani. Andi, seorang petani di Desa Danurejo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, mengeluhkan hal itu, pekan lalu. Hasil panennya hanya terjual seharga Rp3.000 per kg.

Hal yang sama terjadi di Banyumas. "Rata-rata, mereka menjual dalam kondisi tanaman padi di sawah. Jadi, nanti pembeli yang memanen," sebut Kasiran, 47, petani di Somagede.

Sekretaris Asosiasi Perberasan Banyumas (APB) Faturrahman mengatakan anjloknya harga GKP dipicu musim panen raya dan kualitas panen yang buruk. "Padi banyak roboh terkena angin dan kemudian terendam air," jelasnya. (TS/LD/BN/FL/N-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya