Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Beras Terakhir Siti Sambut Ramadan

Bagus Suryo
12/4/2021 23:05
Beras Terakhir Siti Sambut Ramadan
Seorang ibu korban gempa di Kabupaten Malang tengah memasak dengan bahan pangan seadanya(MI/BAGUS SURYO)

SEJUMLAH ibu korban gempa memasak di poskamling RT 8/RW 1 Dusun Krajan, Desa Majangtengah, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Menggunakan peralatan dapur seadanya, mereka menyiapkan makanan bagi putra-putrinya yang tidur di tenda darurat depan rumah yang roboh, rata tanah
akibat gempa bumi dengan magnitudo 6,1.

Sejak Sabtu (9/4), warga setempat belum menerima bantuan. Mereka memasak sendiri memanfaatkan bahan makanan yang terselamatkan
dari timbunan puing bangunan.

Di poskamling yang juga digunakan untuk pos PPKM itu, warga beraktivitas pascabencana. Anak-anak bermain di tenda tanpa kehadiran
petugas trauma healing. Saat anak-anak lapar, mereka minta makan, dan sang ibu membuatkan mi instan. Hanya mi yang bisa dimakan.

Sore itu, Siti Aminah, Rukiani, Ernawati, Sinta, Kumiati, Tuti dan Liayatin memasak untuk menyambut Ramadan. Mereka memasak nasi, mi, krengsengan, menggoreng telur dan ikan lele. Makanan itu paling mewah sejak awal gempa. Betapa tidak, kendati tenda darurat warga tak jauh
dengan posko tanggap bencana, warga di kampung itu tak tersentuh nasi bungkus.

Namun, warga tak ingin melewatkan kegembiraan merayakan tradisi Megengan, selamatan menandai Ramadan dan terawih pertama meski di tenda darurat. Warga tak ingin melewatkan ritual saban tahun
tersebut.

"Kami memasak untuk menghibur anak-anak, kasihan belum
makan sejak siang," tegas Siti Aminah, Senin (12/4).

Para ibu korban gempa sempat meminta bantuan bahan makanan ke posko pusat bencana, tetapi tak kunjung diberi bantuan. Bahkan memaksa minta pun tak digubris oleh petugas.

Padahal, bahan pangan mereka sudah habis. Stok beras terakhir untuk megengan awal Ramadan. Selain itu anak-anak juga butuh makan sehingga tidak menghilangkan kegembiraan seperti tahun lalu.

"Persediaan kami sudah menipis. Kasihan anak-anak tidak makan," tuturnya.

Di tenda darurat yang warga dirikan secara mandiri, mereka berusaha bertahan meskipun serba terbatas. Ada tenda dari PMI, akan tetapi
lokasinya kurang tepat, berada di dekat musala yang bangunannya retak-retak, rawan ambruk.

Warga takut bangunan itu ambruk selain khawatir ada ular karena tenda berdekatan dengan kebun. Karena itu, 10 keluarga memilih mengungsi di
tenda darurat di gang dusun setempat.

"Kami makan dan tidur di tenda darurat sejak awal gempa. Rumah kami roboh, tidak ada dapur, sembako pun belum dapat," ujarnya.

Bantuan makanan satu-satunya dari tetangga yang rumahnya masih utuh. Para korban bencana berharap, pemerintah memberikan bantuan ekonomi, paling tidak makanan bisa ajek tiga kali sehari sampai ke tenda
darurat.

Warga lainnya, Ernawati berharap Presiden Joko Widodo berkenan menyambangi korban gempa. Kehadiran Jokowi akan sedikit menenangkan dan menyenangkan warga.

"Kami mohon Bapak Jokowi menyempatkan datang ke sini, agar kami segera dapat bantuan. Kami warga korban bencana biar senang," kata
Ernawati.

Ia mengungkapkan bantuan memang belum merata. "Kami belum mendapatkan bantuan apa pun," pungkasnya.

Sementara itu Bupati Muhammad Sanusi mengatakan bantuan sudah diatur oleh BPBD. "Kami mohon bantuan teman-teman media bila menemukan
desa mana yang belum mendapatkan bantuan bisa disampaikan ke BPBD atau camat," kata Sanusi. (N-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : NUSANTARA
Berita Lainnya