2 Warga Uighur masih Bersama Santoso

M Taufan SP Bustan
29/3/2016 03:10
2 Warga Uighur masih Bersama Santoso
(ANTARA/EDY)

DUA warga negara asing (WNA) asal Uighur, Xinjiang, Tiongkok, yang tersisa dipastikan masih bersama kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso alias Abu Wardah di Poso.

Kapolda Sulawesi Tengah Brigadir Jenderal Rudi Sufahriadi menegaskan hal itu, kemarin.

Sebelumnya terdapat enam WNA asal Uighur bersama kelompok yang telah terafiliasi dengan kelompok Islamic State tersebut.

Namun dari jumlah itu, empat orang di antaranya meninggal dunia setelah terlibat kontak senjata dengan tim gabungan TNI dan Polri dalam Operasi Tinombala 2016 di Poso.

"Empat WNA yang sudah tewas itu ialah Farouk alias Magalasi, Nuretin alias Abdul, Joko alias Turang Ismail, dan Tiger. Keempatnya tewas di tempat yang sama di Kecamatan Lore Piore, tetapi di hari dan waktu yang berbeda," kata Rudi kepada Media Indonesia di Palu, kemarin.

Rudi melanjutkan, hingga saat ini jenazah tiga orang di antara mereka masih menjalani proses identifikasi lebih lanjut di kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara Palu.

"Satu jenazah lainnya, yakni jenazah Joko alias Turang Ismail, sudah dikebumikan karena sudah sangat membusuk," terangnya.

Rudi menuturkan, enam teroris asal Xinjiang itu masuk melalui Bangkok, Malaysia, lalu ke Indonesia dan mendarat pertama kali di Riau.

Dari Riau, mereka kemudian menuju Puncak, Bogor, Jawa Barat, lalu terbang menggunakan pesawat komersial ke Makassar, Sulawesi Selatan.

Mereka lalu terbang ke Palu dan masuk ke Poso melalui jalur darat.

"Kalau dari keterangan tiga WNA yang ditangkap di Parigi Moutong pada 2015 lalu, mereka di Puncak Bogor ada yang menjemput kemudian diterbangkan ke Makassar lalu ke Palu. Bahkan di Palu mereka sempat menginap dulu baru melanjutkan perjalanan darat ke Poso," beber Rudi.

Menurut dia, masuknya keenam WNA itu tidak terlepas dari ajakan Santoso yang diunggah di laman Youtube dan pelbagai media sosial.

"Ada yang tertarik sehingga dengan mudah mereka rekrut untuk bergabung bersama di hutan dan pegunungan Poso," imbuhnya.

Perpecahan internal

Hingga kini, pengejaran terhadap kelompok tersebut masih terus diintensifkan oleh tim gabungan TNI-Polri dalam Satgas Operasi Tinombala 2016.

Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto mengatakan tim gabungan juga mengintensifkan razia kendaraan.

"Guna lebih mempersempit ruang gerak dari simpatisan atau pengikut kelompok MIT yang keluar atau masuk untuk membawa bantuan, entah berupa peralatan perang atau logistik," kata Hari.

Dari Jakarta, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengungkapkan adanya perpecahan di internal kelompok jaringan teroris MIT.

"Ada kelompok (dengan) Santoso (sebagai pimpinan) dan kelompok lain, karena ada kebijakan Santoso yang tidak disepakati bersama," katanya.

Kendati mereka terpecah, kelompok yang dipimpin Santoso masih memiliki anggota lebih banyak. (Ant/N-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya