Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
GURU Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Prof Yayi Suryo Prabandari, mengungkapkan pandemi Covid-19 bisa dijadikan momentum untuk berhenti merokok.
"Mari jadikan pandemi Covid-19 jadi momentum untuk berhenti merokok," ajak Ketua Quit Tobacco Indonesia dalam siaran pers dari Humas UGM, Sabtu (30/5).
Baca juga: Alumni Akabri 96 Beri 15 Ribu Paket Sembako untuk Korban Covid-19
Ajakan itu sekaligus menyambut peringatan Hari Tanpa Tembakau yang diperingati oleh masyarakat dunia setiap tanggal 31 Mei. Prof Yayi mengatakan, pandemi Covid-19 bisa menjadi langkah awal berhenti merokok karena merokok dapat meningkatkan risiko penularan virus korona baru tersebut.
Selain itu, komplikasi penyakit pasien positif Covid-19 dapat lebih berat apabila pasien tersebut memiliki penyakit penyerta yang diakibatkan oleh aktivitas merokok.
Aktivitas merokok rentan menjadi wahana penularan Covid-19 karena melibatkan kontak jari dengan mulut secara intens. Virus yang ada di jari tangan berpeluang pindah ke mulut dan masuk ke dalam tubuh.
Perokok juga lebih berisiko karena mereka bisa memiliki penyakit penyerta yang lain, semisal yang menyerang jantung dan paru-paru. Apabila perokok positif Covid-19, kondisi tubuh akan lebih berat.
Sulit berhenti
Dosen pada Departemen Perilaku, Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial FKKMK UGM ini mengakui, perokok gampang untuk langsung berhenti merokok. Selain telah menjadi kebiasaan, merokok bersifat adiktif.
Namun, berhenti merokok bukanlah sesuatu yang mustahil. Perokok bisa memulai dengan mengurangi jumlah konsumsi rokok per batang setiap harinya. "Yang utama adalah ada niat untuk berhenti merokok kalau bisa benar-benar berhenti," kata dia.
Waktu yang biasanya digunakan untuk merokok dialihkan untuk melakukan hobi yang positif seperti otomotif, bercocok tanam, olahraga, dan lain-lain. Namun, jika hasrat merokok tetap kuat, niat awal untuk berhenti merokok harus kembali diingat dan dikuatkan.
Perokok juga dapat berpikir tentang efek negatif merokok, yang tidak hanya bagi kesehatan diri sendiri, tetapi juga bagi keluarga dan sekitar. Jika berhenti merokok, manfaat yang diperoleh lebih banyak, baik bagi kesehatan tubuh, ekonomi, dan lingkungan.
Perokok aktif biasanya sulit berhenti karena merasa kalau tidak merokok mulutnya akan terasa masam. "Rasa ini bisa diatasi dengan banyak minum air putih, makan buah, atau mengunyah permen rendah gula," kata dia.
Untuk mengurangi aktivitas merokok, perokok perlu membatasi diri untuk tidak berkumpul dengan lingkungan yang dapat mendorong mereka kembali aktivitas merokok. Langkah ini menjadi salah satu cara yang dapat mendukung niatan berhenti merokok.
Baca juga: Kemenkes Ingatkan Tata Cara Kerja saat Kenormalan Baru
Berikutnya, perokok dapat meminta bantuan konsultasi dengan tenaga kesehatan di Puskesmas maupun rumah sakit. Tenaga kesehatan dapat membantu untuk menghentikan kebiasan merokok.
"Dukungan keluarga sangat berperan penting dalam menghentikan kebiasan merokok ini," lanjut dia. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved