Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
BELASAN orang meliuk-liukkan tongkat panjang penyangga Naga-nagaan, memeragakan tari Liang Liong di ujung jalan Wotgandul Timur kawasan Pecinan Semarang, Jumat (17/1) malam. Rancaknya gerakan mereka membuat masyarakat yang memadati Pasar Semawis histeris karena seolah-olah hewan mitologi itu benar-benar hidup dan melayang di atas kepala mereka, tidak terkecuali Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Layaknya memberi penghormatan, kepala naga Liang Liong yang diangkat setongkat penuh itu langsung menukik dan menggeliat di depan dada Ganjar yang mengenakan pakaian tradisional Cina berwarna merah. Setelah hentakan musik pengiring membuncah, sang naga berputar arah membukakan jalan Gubernur Jawa Tengah menuju salah satu kursi di Tok Panjang.
Saat Ganjar mendekati tempat duduk, suara perkusi pengiring Liang Liong segera berganti dengan alunan erhu, guzheng dan dizi yang mengiringi gadis berjilbab menyanyikan lagu Mandarin. Menurut Haryanto Halim, Ketua Komunitas Pecinan Semarang untuk Wisata (Kopisemawis) lagu-lagu tersebut mendendangkan syair-syair kebahagiaan menjelang Tahun Baru Imlek.
"Selain lewat lagu, kebahagiaan itu kami luapkan dengan menggelar Tok Panjang ini," kata Haryanto, yang akrab dipanggil Pak Har.
Tok Panjang merupakan tradisi makan orang Tionghoa di meja panjang yang diikuti oleh banyak orang. Di Semarang, tradisi itu dipoles jadi perayaan meriah yang dibuka selebar-lebarnya untuk siapapun. Halal, jadi jaminan khusus pada seluruh makanan yang disajikan di Tok Panjang. Bahkan karena seringnya mendapat pujian tentang tingginya toleransi di acara itu, Pak Har mengatakan bahwa sikap seperti itu sudah semestinya dilakukan.
"Enam meja berjajar yang jika disambung panjangnya hampir dua ratus meter ini diisi dari berbagai etnis, suku maupun agama. Mereka menikmati hidangan khas Tionghoa dari sup lobak, kue keranjang, acar, nasi goreng khas Tionghoa sampai yang paling lezat, ikan dori," katanya.
Telah 17 kali Tok Panjang digelar di Kawasan Pecinan Semarang. Selama 17 kali pula acara ya g digelar selama tiga hari itu tidak pernah sepi pengunjung. Gaungnya pun telah didengar bukan hanya warga Jawa Tengah, namun hampir seluruh penjuru tanah air dengan memanfaatkan ikatan persaudaraan maupun penyebaran informasi di berbagai media. Woro Mastuti, misalnya. Dia rela menempuh perjalan sekitar delapan jam dari Depok hanya ingin duduk di jajaran kursi dan menikmati sajian di Tok Panjang Semawis.
"Luar biasa sekali acaranya, apalagi hidangannya ini. Lobak yang asal rasanya hambar bisa jadi enak begini. Harus dilestarikan ini, makanan dan terutama acaranya," kata perempuan paruh baya yang juga pengampu di Universitas Indonesia itu.
Sebenarnya, tradisi makan di meja panjang menjelang Imlek itu bukan hanya dilakukan di Semarang, tapi di daerah lain. Bahkan di Singapura ada beberapa resto yang memiliki tema tradisi makan ini. Bukan hanya itu, di Malaysia bahkan ada museum yang memamerkan tradisi ini. Terlalu sayang memang untuk melewatkan momen itu, termasuk Ganjar Pranowo. Bahkan, saat memberi sambutan dia mengatakan sengaja memesan baju khusus ke penjahit untuk menghadiri acara itu.
"Tapi sayang, meski sudah memakai baju khusus ini saya tidak bisa menghabiskan ikan dori yang sangat lezat itu karena dipaksa naik panggung ini. Kamu (MC) harus tanggung jawab. Tapi kok bisa ya masak seenak itu," seloroh Ganjar yang membuat ribuan pengunjung tidak bisa menahan tawa.
baca juga: Jokowi Persiapkan Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Super Premium
Tapi penyesalan Ganjar yang tidak bisa menghabiskan hidangan ikan dori itu terbayar tuntas ketika dia makan kue keranjang. Berbeda dengan kue keranjang pada umumnya, di Tok Panjang tersaji Kue Keranjang kukus santen yang menurut Ganjar sensasi rasanya sangat legit. Kebahagiaan Ganjar semakin lengkap ketika nonton adegan peperangan di pertunjukan wayang potehi. Saking tertariknya, Ganjar mengeluarkan souvernir wayang potehi yang dia terima di atas panggung, kemudian turut nimbrung dalam adegan peperangan itu.
"Inilah kekayaan kita. Acara yang sangat unik dan ditunggu-tunggu banyak orang. Kulinernya enak-enak. Tidak ada ruginya liburan ke sini," tandasnya.(OL-3)
BANYAK tradisi terkait lebaran di daerah. Dari mulai ziarah kubur usai Salat Id hingga membagiKan uang kepada anak-anak Brebes, Jawa Tengah dikenal dengan istilah tradisi pecingan.
hadirnya budaya Tionghoa yang bercorak hibrida dan mengandung nilai-nilai keindonesiaan juga akan berdampak secara positif bagi posisi etnik Tionghoa di Indonesia
Cap Go Meh adalah bagian dari rangkaian perayaan Imlek yang paling ditunggu masyarakat Tionghoa.
UNIVERSITAS Tarumanagara, Jakarta menggelar acara perayaan Tahun Baru Imlek 2024, di Auditorium Kampus I Untar, Jakarta.
Melalui kegiatan Fandtasia Fair, diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal dan menggali lebih dalam instrumen investasi deposito, khususnya produk Deposito BP
IHSG dibuka menguat 24,02 poin atau 0,33 persen ke posisi 7.320,72.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved