Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Penyintas Bencana Palu Ziarah Jelang Ramadan

Antara
06/5/2019 06:37
Penyintas Bencana Palu Ziarah Jelang Ramadan
Warga berziarah di lokasi tempat hilangnya anggota keluarga mereka yang terdampak bencana likuifaksi di Balaroa, Palu, Sulawesi Tengah.(ANTARA/Mohamad Hamzah)

LOKASI pemakaman massal ribuan orang yang menjadi korban bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuifaksi pada 28 September 2018 di Kota Palu, ramai diziarahi warga sehari menjelang bulan Ramadan, Minggu (5/5).

Sejak pukul 15:00 Wita, warga yang datang dari dalam maupun luar Kota Palu, silih berganti mengujungi lokasi pemakaman di Kelurahan Poboya, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, untuk berdoa dan tabur bunga.    

Isak tangis yang bercampur dengan doa lintas agama dari warga yang keluarganya menjadi korban bencana alam dahsyat, mewarnai ziarah menjelang bulan suci ramadan ini.    

Ziarah ini juga terlihat berbeda dari ziarah ke makam biasanya, karena sebagian besar warga ada yang datang membawa nisan masing masing keluarga yang menjadi korban. Hal itu dilakukan untuk memberi tanda makam keluarga mereka di lokasi pemakaman massal tersebut.    

Baca juga: Sambut Ramadan, Polres Klaten Gelar Doa Bersama

Bahkan tidak sedikit warga yang mengaku sampai sampai saat ini belum menerima kabar apapun dari keluarga mereka, yang saat bencana alam gempa bumi, tsunami serta likuifaksi dinyatakan hilang.

Mereka hanya percaya dan berasumsi keluarga mereka yang menjadi korban, telah dikuburkan di lokasi pemakaman massal ini bersama korban lainya.    

"Suami saya jadi korban tsunami di Pantai Talise, sampai saat ini belum ada kabarnya. tapi saya yakin dia sudah dikebumikan di sini" ujar Dewi, salah seorang peziarah.    

Hal yang sama juga dirasakan Ian, salah seorang warga yang ayahnya menjadi korban likuifaksi di Kelurahan Petobo.

Ia hanya bisa pasrah dan berdoa agar ayahnya dan seluruh warga yang menjadi korban bencana pada 28 september 2018 lalu bisa mendapatkan tempat terbaik.   

"Ramadan kali ini pasti berbeda dari tahun sebelumnya. beberapa anggota keluarga kurang. tapi yang jelas kita doakan semoga mereka ditempatkan di tempat sebaik-baiknya," katanya. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya