Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
SEJAK dimulainya pembangunan hunian sementara (huntara) bagi korban bencana di Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, pada awal November lalu, hingga saat ini proses pengerjaan yang dibantu Dompet Kemanusiaan Media Group (DKMG) masih sedang berlangsung di lokasi terdampak bencana.
Pembangunan huntara yang dilakukan DKMG bersama masyarakat di Palu, Sigi, dan Donggala, dilakukan dengan cara kerja bergotong-royong, bertujuan untuk membangun rasa kebersamaan dan mempererat rasa persaudaraan pascabencana terjadi.
Pembangunan huntara di lokasi terdampak bencana Palu, Sigi, dan Donggala, saat ini jumlahnya telah melebihi target. Dari 1.000 huntara yang ditargetkan, hingga pekan kedua Desember jumlahnya telah mencapai 1.143 bangunan huntara.
Jumlah itu masing-masing sebanyak 715 huntara yang sudah jadi dan telah ditempati oleh masyarakat penerima manfaat, dan 428 yang sedang dalam proses pengerjaan.
Tidak hanya itu, masih ada sebanyak 127 kerangka bangunan huntara yang telah berdiri, dan menunggu pemasangan dinding serta atapnya. Sebanyak 70 rangka lebih berada di Kabupaten Sigi, yakni di Kecamatan Kulawi dan Kecamatan Dolo Selatan.
Sedangkan sisanya, lebih dari 45 unit berada di Desa Labuan dan Desa Sindue, Kabupaten Donggala. Bahkan pekan ini, pembangunan huntara DKMG mulai menjamah wilayah-wilayah yang sulit dijangkau.
"Kita sedang memulai bangunan baru di Kecamatan Lindu. Jumlahnya lebih dari 100 huntara, yang saat ini sedang dalam proses pengerjaan," ujar Giarto, Koordinator Lapangan DKMG, Selasa (11/12), di Palu.
Lokasi itu, meski hanya berjarak sekitar 70 kilometer dari Kota Palu, akses transportasi ke wilayah tersebut sulit dijangkau akibat kondisi medan yang berada di ketinggian. Bahkan, lebih dari sepekan pascagempa yang terjadi pada 28 September lalu, wilayah tersebut sempat terisolasi akibat longsor.
Untuk sampai ke Lindu, akses transportasi hanya bisa menggunakan sepeda motor. Sehingga untuk mengangkut material huntara berupa dinding dan atap, masyarakat hanya menggunakan sepeda motor.
"Untuk mengangkut material ke Lindu, kami sementara ini hanya menggunakan ojek motor. Jadi materialnya harus diboncengi ojek. Kalau jalur transportasinya sudah baik, akan kami coba menggunakan mobil bak," ujar Ucok, Koordinator DKMG, di Lindu.
Menurut dia, membutuhkan 1,5 hingga 2 jam waktu tempuh untuk sampai ke lokasi tersebut. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved