Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Peneliti Usul Ibu Kota Sulteng Dipindahkan

Nur Azizah
11/10/2018 12:15
Peneliti Usul Ibu Kota Sulteng Dipindahkan
Seorang warga sedang memunguti sisa perabotan rumah yang masih bisa digunakan di wilayah Petobo, Palu, Sulawesi Tengah.(ANT/Yusran Uccang/medcom)

PENELITI gempa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Muzli mengusulkan agar ibu kota Sulawesi Tengah dipindah. Pasalnya, Palu dipenuhi garis patahan yang menyebabkan wilayah itu rawan gempa.

"Kalau melihat Palu, wilayahnya sangat riskan sekali. Kalau bisa dipindah, karena di samping penuh garis patahan, juga ada di atas endapan sedimen berupa batuan lunak yang tebal," ujar Muzli seperti yang dilansir Antara, Rabu (10/10).

Muzli menjelaskan Palu berada di garis sesar Palu Koro, yang merupakan patahan aktif. Patahan ini terbentang sekitar 500 kilometer mulai dari Selat Makassar sampai Pantai Utara Teluk Bone.

Di sisi lain, Palu merupakan area batuan lunak. Kondisi ini bisa dilihat secara kasat mata melalui Google Maps dan bisa diketahui ketebalan endapan sedimen tersebut.

"Kalau dilihat dari Google Maps itu warnanya putih.Itu menunjukkan topografinya rendah," imbuhnya.

Endapan sedimen yang tebal rentan terjadinya likuifaksi atau pencairan tanah. Muzli menyampaikan, Lombok juga terjadi likuifaksi namun tidak terjadi dalam skala besar seperti di Palu.

Hal tersebut karena endapan sedimen tidak setebal di Palu. Jika terjadi gempa di daerah yang memiliki endapan sedimen tebal, tinggi gelombang atau amplitudo gempa mengalami pembesaran dan kompensasinya kecepatan gelombang gempa menjadi rendah.

Sementara di daerah tanah keras, jika terjadi gempa maka menyebabkan amplitudo gempa kecil dan kecepatan gempa menjadi besar. Sebelumnya, gempa berkekuatan 7,4 skala richter mengguncang Palu dan Donggala pada Jumat 28 September 2018 lalu.

Gempa tersebut memicu likuifaksi di kawasan Baloroa, Palu. Akibatnya, hampir satu kawasan 'tertelan' tanah. (Medcom/OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya