Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

176 Kecamatan di Jabar Dilanda Kekeringan

Bayu Anggoro
13/9/2017 13:37
176 Kecamatan di Jabar Dilanda Kekeringan
(ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

SEDIKITNYA 176 kecamatan di Jawa Barat mengalami kekeringan akibat musim kemarau sekarang ini. Selain menyebabkan kritisnya lahan pertanian, warga pun kesulitan mendapat air bersih.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat Dicky Saromi, daerah yang paling terdampak musim kemarau adalah Kabupaten Sukabumi. Di daerah itu kekeringan melanda 22 kecamatan di wilayah selatan Jawa Barat tersebut.

Kabupaten Bandung pun banyak dilanda kekeringan yakni pada 16 kecamatan. "Wilayah pantura (utara Jawa Barat) juga banyak terdampak kekeringan," kata Dicky di Bandung, Rabu (13/9).

Dengan begitu, menurutnya terdapat 936.328 jiwa yang terdampak kekeringan di seluruh wilayahnya. Mereka sudah merasakan kesulitan air bersih sejak Juni lalu.

Paling banyak terdapat di Kabupaten Indramayu dengan 176.279 warga yang kesulitan air bersih. Mereka tersebar di 32 desa.

Selanjutnya Kabupaten Ciamis dengan 130.325 yang tersebar di 73 desa. "Di Garut 118.552 jiwa Bogor 109.634 jiwa," katanya.

Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Jawa Barat Nana Nasuha membenarkan, saat ini terjadi penurunan debit air di hampir seluruh bendungan yang ada di wilayahnya. Namun, dia mengklaim penurunan debit ini tidak terlalu berpengaruh terhadap irigasi pertanian.

"In flow-nya terjadi penyusutan, tapi out flow-nya masih lumayan cukup besar," katanya. Sebagai contoh, pasokan air dari Waduk Jatigede masih mencukupi kebutuhan irigasi di sekitarnya.

"In flow-nya relatif kecil sekitar 5-6 meter kubik per detik. Tapi karena (air) ditampung dulu di Waduh Jati Gede, saat dikeluarkan itu debitnya masih pada angka 25-26 meter kubik per detik. Cukup untuk memenuhi kebutuhan irigasi," katanya.

Dia pun menilai wajar adanya penurunan permukaan air pada saat kemarau. "Yang penting dampaknya tidak terlalu parah, hanya sedikit saja lahan pertanian sawah yang tidak terairi," katanya.

Lebih lanjut dia katakan, dengan pola tanam yang telah ditentukan, mampu meminimalisasi risiko gagal tanam. Namun, pihaknya terus melakukan penanganan terhadap kondisi kekeringan di lapangan, salah satunya melalui operasi jaringan irigasi untuk mempertahankan pemanfaatan air.

Operasi Jaringan Irigasi ini membagikan aliran air yang keluar dari setiap bendungan kepada masing-masing daerah. "Di tingkat jaringan utama dibagi sistem golongan, jadi ada jeda waktu. Golongan satu, dua, tiga dan seterusnya," katanya. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya