Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PERUSAHAAN Daerah Air Minum (PDAM) Bandarmasih, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, akhirnya menghentikan operasional instalasi pengolahan air (IPA) yang mampu mengubah air laut menjadi air minum atau disebut Sea Water River Osmosis (SWRO) di kawasan pesisir Pulau Bromo. Penghentian unit SWRO ini akibat kondisi air baku Sungai Barito yang memiliki tingkat kekeruhan tinggi dan besarnya biaya pengolahan air asin.
Demikian dikemukakan, Ismail, Supervisor Pengolahan Air PDAM Bandarmasih, Senin (21/8), disela-sela kegiatan survey mahasiswa Planologi Universitas NU Kalsel dan kelompok wartawan lingkungan Pena Hijau Indonesia di kawasan pesisir Pulau Bromo. "Unit pengolahan air asin menjadi air siap minum (SWRO) ini beroperasi pada 2014 lalu dan setahun sesudahnya terpaksa kita hentikan," tuturnya.
Proyek penyediaan air bersih dan siap minum bagi warga pinggiran ini mengalami kegagalan, akibat tingginya tingkat kekeruhan air Sungai Barito yang mencapai 50 Ntu. Padahal standar pengolahan air ini tingkat kekeruhan maksimal hanya 10 Ntu. Disamping itu biaya operasional
berteknologi canggih mencapai Rp35 ribu permeter kubik, sementara harga jual air kepada warga Pulau Bromo yang mayoritas kelompok masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) ini hanya 2.000 perkubik.
"Teknologi pengolahan air asin menjadi air minum ini ternyata tidak dapat maksimal diterapkan," ujarnya. Guna menyediakan pasokan air bersih kebutuhan warga, PDAM terpaksa menggunakan sistem penyaluran air lewat jaringan perpipaan yang dibentangkan sepanjang puluhan meter di dasar Sungai Barito.
Ketua RT 6 Pulau Bromo, Kelurahan Mantuil, M Riduan, mengatakan penyediaan air bersih merupakan salah satu masalah utama dihadapi sekitar 1.400 jiwa warga Pulau Bromo. "Selama ini warga terpaksa menggunakan air sungai tetapi saat kemarau air menjadi asin. Masuknya jaringan air PDAM cukup membantu masyarakat," tuturnya.
Selain masalah air, warga setempat juga menghadapi masalah terpuruknya ekonomi warga, serta minimnya pembangunan infrastruktur dan berbagai fasilitas seperti kesehatan dan pemerintahan desa.
Pulau Bromo adalah sebuah desa terpencil yang ada di daerah DAS Barito. Selama ini sekitar 400 keluarga penghuni Pulau Bromo belum mendapatkan akses pelayanan air bersih. Bahkan pada saat kemarau sumur-sumur warga menjadi asin karena interusi air laut.
Dari waktu ke waktu PDAM Bandarmasih semakin kesulitan mendapatkan air baku karena kondisi tercemarnya Sungai Barito. Akibatnya, biaya pengolahan air baku semakin membengkak dan kualitas air terus menurun.
Sebagai contoh pada saat kemarau PDAM Bandarmasih kehilangan hampir separuh dari kapasitas produksi 3.000 liter perdetik, akibat air sungai surut, tingkat pencemaran dan interusi air laut. Bahkan Intake Sungai Bilu Banjarmasin berkapasitas 500 lt/detik tidak dapat beroperasi karena tingginya kadar garam. (OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved