Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SEJUMLAH pedagang di berbagai daerah nyatanya masih menggunakan formalin untuk mengawetkan bahan makanan yang dijual mereka.
Seperti di Jambi, Balai POM Jambi menghentikan produksi mi yang diberi pengawet formalin dari sebuah gudang di Kelurahan Kenali Besar, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi.
“Mi kuning olahan dibuat pelaku berinisial HD positif mengandung formalin. HD sudah kita amankan,” ujar Kepala Balai POM Jambi Ujang Supriatna, kemarin. Produksi dari pabrik milik HD itu diedarkan ke Pasar Induk Angso Duo dan sejumlah pasar tradisional lain.
Kondisi serupa juga terjadi di Palembang, ketika Wali Kota Palembang Fitrianti Agustinda menemukan dua rumah produksi tahu di Jalan Padang Selasa Bukit Besar, Palembang, yang menggunakan formalin.
Ia menerangkan permasalahan itu akan diserahkan kepada pihak yang berwajib dan menyusuri jejak penjual bahan kimia berbahaya tersebut.
Penggunaan bahan berbahaya itu juga terjadi di Yogyakarta, ketika Balai POM setempat memusnahkan mi berformalin yang disita dari Pasar Piyungan, Bantul. Mi basah seberat 75 kg itu dimusnahkan dengan cara dibakar.
Perilaku lancung pedagang juga terjadi di Surakarta, ketika tim gabungan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) dan Dinas Kesehatan Karanganyar melakukan sidak di Pasar Palur, Jateng. Tim menemukan jeroan ayam busuk dan daging sapi semigelonggong masih diperjualbelikan di pasar tradisional pada hari ke-17 Ramadan.
“Ini cukup mengagetkan dan memprihatinkan karena jeroan ayam yang sudah busuk masih dijual. Selain itu, masih ada yang nekat menjual daging sapi semigelonggong,” ujar Kadisnakkan Sumijarto.
Di Cirebon, sejumlah pedagang diduga mengoplos daging impor beku dengan daging segar yang dipotong di rumah potong hewan (RPH). Disparitas harga yang tinggi membuat mereka tergiur berperilaku curang. Kabid Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon Encus Suswaningsih menjelaskan pihaknya menemukan hal itu ketika memantau dan mengecek daging yang dijual pedagang di Pasar Sumber dan Pasar Plered, Kabupaten Cirebon.
Di sisi lain, kondisi harga pangan di sejumlah daerah juga tergolong stabil karena gencarnya operasi pasar yang dilakukan pihak berwenang. Bahkan di Sumbar, pergeseran masa panen justru membuat harga cabai turun menjadi Rp10 ribu per kg dari sebelumnya Rp12 ribu per kg. (DY/SS/UL/YK/AU/YH/AT/WJ/DW/RS/MY/BY/PO/SL/OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved