Takmir Jadi Penghadang Terorisme

WJ/N-1
10/6/2017 03:11
Takmir Jadi Penghadang Terorisme
(MI/Widjajadi)

BADAN Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) memperkirakan belasan masjid di Solo Raya, Jawa Tengah, ditengarai menjadi tempat berkumpulnya kelompok penganut paham radikalisme dan terorisme.

Direktur Pencegahan Terorisme BNPT Brigjen Hamli mengungkapkan sedikitnya 13 masjid di Solo Raya diduga dijadikan tempat pengajian kelompok penyebar paham radikalisme dan terorisme.

Dia mengungkapkan itu dalam silaturahim BNPT yang bekerja sama dengan Forum Koordinasi Penanggulangan Terorisme (FKPT) Jateng.

Silaturahim yang dihadiri ratusan takmir dan imam masjid di wilayah Solo Raya itu digelar di Solo, kemarin.

"Jangan sampai masjid di sebelahnya ikut-ikutan masuk atau dimasuki kelompok itu. Kota Solo merupakan tempat asal Presiden Joko Widodo. Ini jangan sampai meluas. Harus ada pencegahan semaksimal mungkin. Takmir harus berperan mencegah semaksimal mungkin," papar Hamli.

Menurut dia, pelibatan ratusan takmir masjid di wilayah Kabupaten Sragen, Karanganyar, dan Solo untuk menangkal radikalisme dan terorisme sangat penting.

Dia berharap takmir masjid menjadi benteng kuat agar paham menyesatkan itu tidak lagi masuk masjid.

Hamli juga membeberkan perlunya kewaspadaan tinggi seiring seruan dari petinggi IS di Suriah yang meminta para pengikutnya untuk bergerak di negara masing-masing.

Dia memperkirakan sekitar 600 warga negara Indonesia yang telah bergabung dengan IS di Suriah.

Mantan perakit bom Kurnia Widodo mengakui masjid sering digunakan sebagai tempat penyebaran ajaran kekerasan dengan dalih pelaksanaan perintah agama, soal kekhalifahan, dan Islamic State (IS).

Ia juga mewanti-wanti para takmir untuk menjadi benteng terakhir masjid dari pengaruh kelompok yang menyebarkan paham radikalisme dan terorisme.

Peran takmir, menurut dia, sangat penting karena ancaman itu sangat nyata.

Kurnia ialah alumnus teknik kimia Institut Teknik Bandung (ITB) yang ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror di Padalarang, Jawa Barat, tujuh tahun silam.

"Jauh sebelum ada bom Bali pertama, saya sudah membuat bom," ujar dia.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya