Memanfaatkan Celah Instagram

DI segmen inovasi aplikasi, kita akan berjumpa dengan Calvin Kizana, 44. Lulusan Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara, Jakarta, dan S-2 Manajemen, Institut Pengembangan Manajemen Indonesia, Jakarta, itu berhasil melahirkan Picmix. Picmix merupakan media sosial yang dipadukan dengan komunitas. Sesama komunitas dapat berbagi dan bertukar informasi mengenai minat dan kegemaran tertentu. Sebelum mendirikan Picmix, Calvin memiliki perusahaan jasa pembuatan website, mobile apps, games, e-commerce, dan berbagai aplikasi lain yang sudah berusia 12 tahun.

Ia membuat peranti lunak, aplikasi, dan permainan untuk siapa saja yang meminta. Calvin membuatkan produk TI untuk orang lain. Sampai suatu hari, Calvin merenung.
"Ada rasa kesal. Selama ini saya membuatkan produk orang lain dan sukses. Mengapa saya tak membuat produk sendiri yang juga sukses?" Kemudian Calvin membuat aplikasi produk sendiri. Setelah melihat tren pasar, dia memutuskan membuat aplikasi fotografi karena kamera sudah menjadi bagian dari telepon seluler (ponsel).

Dia melihat sinergi ponsel dan kamera tak terelakkan. "Saya melihat aplikasi Instagram yang sukses. Padahal, itu hanya aplikasi foto, yang tak sulit membuatnya. Instagram sukses karena ini aplikasi pertama dalam fotografi," kata dia. Setelah ngobrol dengan tujuh temannya yang juga bergerak di bidang TI, dia lalu membuat aplikasi Picmix. Picmix lahir karena hobi.

"Saya terinspirasi Instagram. Saya sering sekali menggunakan Instagram. Akan tetapi, menurut Saya, Instagram itu banyak kelemahannya. Salah satu kelemahan yang paling membuat saya sebal ialah mereka tidak menyediakan kolase foto. Mereka kan hanya 1 frame," kata dia. Dia menemukan kelemahan lain, jika ingin membubuhkan frame harus diedit lagi di aplikasi lain. Di Instagram juga tidak ada fasilitas memberikan teks. "Kami berpikir, kenapa tidak ada satu aplikasi yang bisa menyediakan itu semua. Dari situlah Picmix lahir," tutup dia.