Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
PEMBANGUNAN kereta cepat Jakarta-Surabaya akan memasuki tahap prastudi kelayakan. Sebanyak tiga perguruan tinggi negeri akan digandeng untuk membantu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam memperoleh gambaran objektif terkait hal itu.
Kepala BPPT, Unggul Priyanto, mengatakan, pembangunan kereta cepat ini terbagi ke dalam tiga segmen. Prastudi kelayakan untuk setiap segmennya akan dikerjasamakan dengan satu perguruan tinggi, yakni segmen Jakarta-Cirebon dengan Institut Teknologi Bandung (ITB), segmen Cirebon-Semarang dengan Universitas Diponegoro, dan segmen Semarang-Surabaya dengan Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya.
"Banyak hal yang dikerjasamakan, yang spesifik untuk studi kelayakan kereta semicepat ini," kata Unggul seusai menandatangani nota kesepahaman terkait kerja sama ini dengan ITB, di Bandung, Selasa (6/6).
Dia mengatakan, para ahli dari ketiga perguruan tinggi ini akan melakukan kajian mengenai perencanaan transportasi kereta api, dasar prasarana perkeretaapian, pemilihan teknologi, kajian lingkungan dan sosial, analisis kelayakan proyek, serta rencana implementasi. Melalui kajian dengan unsur kampus ini pun, pihaknya bisa mengetahui potensi dan karakteristik calon penumpang agar pembangunan kereta cepat ini mampu menjadi solusi bagi kebutuhan transportasi masyarakat.
"Kami ingin kajian ini dilakukan sebaik mungkin dan sedetail mungkin," katanya.
Direktur BPPT, Rizqon Fajar, menambahkan, selain ahli dari kampus, prastudi kelayakan ini pun akan dibantu oleh pakar dari luar negeri seperti Jepang dan Selandia Baru.
Dia mengakui, pengambilan pakar asing ini dilakukan mengingat saat ini belum ada pakar dari dalam negeri yang menguasai teknologi yang dibutuhkan. Meski tidak merinci hal apa saja yang akan dikaji, dia menyebut kajian yang akan dilakukan di antaranya pada peningkatan kecepatan kereta api, signaling, operasional, dan telekomunikasi.
"Ada juga kajian tentang geoteknik dan hidrologi, ya pokoknya pengukuran tentang bawah rel, struktur tanah," katanya seraya menyebut para tenaga ahli dari ketiga perguruan tinggi ini akan berkomunikasi untuk mematangkan hasil kajiannya.
Lebih lanjut dia mengatakan, nantinya pun akan dilakukan survei foto udara untuk memetakan topografi dan tutupan lahan di sepanjang koridor. Tak hanya itu, pihaknya pun akan mengkaji penggunaan lahan dan kepemilikan lahan untuk mengetahui dampak yang akan ditimbulkan dari proyek tersebut.
Pembangunan kereta cepat ini, kata Rizqon, diharapkan bisa memanfaatkan koridor rel yang ada. Ini penting untuk menekan jumlah anggaran yang diperlukan.
"Coba optimalkan existing railway. Kalau bikin koridor baru, biayanya bisa tiga kali lipat," katanya.
Dia menyebut, koridor yang ada memiliki ukuran 1.435 mm. Rel ini menurutnya bisa dilalui dengan kecepatan 160 kilometer per jam. Dengan kecepatan seperti ini, menurutnya, Jakarta-Surabaya bisa ditempuh dalam waktu 6 jam.
"Kalau tidak bisa, harus pakai teknologi baru, nero. Ukurannya 1.067 mm," ujarnya.
Selain penggunaan rel yang ada, menurutnya, yang harus diperhatikan juga adalan keberadaan belokan/tikungan di setiap wilayah. Hal ini penting mengingat kecepatan kereta akan lebih tinggi dari biasanya.
"Radius tikungan harus lebar. Yang tadinya 1.000-1.200, harus jadi 1.800 atau 2.000. Kalau dipaksakan, kereta cepat terguling semua," katanya.
Kepala Program Studi Teknik Sipil ITB yang juga Peneliti Pusat Teknologi Transportasi Berkelanjutan ITB, Harun al-Rasyid Lubis, mengatakan, kereta cepat idealnya memiliki waktu tempuh paling lama 3 jam. Menurutnya, jika lebih lama dari waktu tersebut, efektivitas operasional kereta cepat ini tidak tercapai.
"Prinsip angkutan ini kan jarak, karena di buku referensi dikatakan, kalau jarak pendek lewat jalan raya, jarak menengah lebih unggul kereta, jarak jauh pesawat," katanya.
Selain itu, dia pun mengingatkan akan pentingnya penataan ruang yang baik mengingat nantinya akan terdapat banyak moda transportasi di kawasan yang sama.
"Selain kereta cepat, ada pembangunan tol juga kan," katanya.
Dia pun berharap, nantinya keberadaan kereta cepat ini bisa lebih spesifik yakni khusus barang dan angkutan penumpang. Menurutnya, permintaan yang tinggi akan menyulitkan kereta api cepat dalam melayani masyarakat jika tidak dipisahkan.
"Jadi nanti apakah kanan kiri, untuk barang dan orang, atau bisa di atasnya," kata dia seraya mengatakan ITB akan mengirimkan sembilan orang dalam kajian ini. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved