Gunung Marapi Meletus Masyarakat Dilarang Beraktivitas di Radius 3 KM

Yose Hendra
04/6/2017 15:47
Gunung Marapi Meletus Masyarakat Dilarang Beraktivitas di Radius 3 KM
()

GUNUNG Marapi di perbatasan Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Agam, Sumatra Barat, meletus, pada Minggu (4/6) siang. Otoritas terkait kegunungapian, merekomendasikan masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunung Marapi dan masuk dalam radius 3 km dari kawah/puncak.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologis (PVMBG) mencatat dua kali letusan (erupsi) besar, dengan diikuti semburan abu vulkanik 300-700 meter dari puncak. Ketua Pengamatan Gunung Api Marapi Kantor PVMBG Kota Bukittinggi Hartanto menjelaskan, erupsi pertama terjadi pada pukul 10.01 WIB dan erupsi kedua pukul 10.22 WIB.

Pada erupsi pertama, Hartanto mengatakan, amplitudo letusan mencapai 6 milimeter, dengan durasi gempa 35 detik. Letusan langsung diikuti abu vulkanik dengan ketinggian 300 meter dari puncak. Abu vulkanik tersebut mengarah ke Timur, Kecamatan Pariangan.

Sementara letusan kedua, dengan amplitudo 4 milimeter, durasi 22 detik, diikuti abu vulkanik ketinggiannya mencapai 700 meter. Saat letusan terjadi, dia mengatakan, cuaca terpantau cerah.

Dia sendiri mengakui, letusan yang disebut masyarakat sekitar Marapi, mengeluarkan dentuman yang keras, tidak terdengar di Bukittinggi yang berjarak 14 km dari Marapi. "Pada pukul 11.56 WIB, hembusan terakhir Gunung Marapi," tukasnya.

Sementara warga Simabur, Kecamatan Pariangan, Kiki, mengakui mendengar letusan keras sekitar 3 kali. Letusan tersebut kemudian mengeluarkan abu hitam pekat yang keluar dari puncak Marapi. "Kami menyebutkan kapundan. Sangat terasa bau balerangnya. Bunyinya seperti meriam," ujar Kiki. Kendati demikian, masyarakat Simabur tetap tenang dan tidak mengungsi.

Sementara Bupati Tanah Datar Irdinansyah Tarmizi mengatakan, monitor yang dia lakukan, didapati sebaran abu vulkanik sampai ke Kecamatan Batipuh, Pariangan, Sungai Tarab, dan Salimpauang. Dia meminta seluruh camat dan walinagari (kepala desa) sekitar Gunung Marapi melaporkan perkembangan terbaru kepadanya.

Kepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG Badan Geologi, Gede Suantika mengatakan, erupsi ini termasuk tipe vulkanian kecil berupa lontaran bom vulkanik yang menyebar sekitar kawah, juga disertai kepulan abu hitam tebal yang menyebar sesuai arah angin.

Tingkat aktivitas gunung setinggi 2.891 meter diatas permukaan laut (MDPL) atau tertinggi di Sumatra Barat ini, sudah lama dalam tingkat aktivitas Level II (Waspada).

Sehingga otoritas terkait kegunungapian, merekomendasikan masyarakat di sekitar Gunung Marapi dan pengunjung atau wisatawan tidak diperbolehkan mendaki Gunung Marapi dan masuk dalam radius 3 km dari kawah/puncak.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, BPBD Kabupaten Solok dan BPBD Tanah Datar terus berkoordinasi dengan aparat setempat sekaligus mengambil upaya antisipasi.

BPBD melakukan pemantauan dampak letusan khususnya sebaran abu vulkanik. Menurutnya, bagi masyarakat sekitar Gunung Marapi letusan dan hujan abu adalah berkah karena menyuburkan lahan pertaniannya. "Apalagi daerah di sekitar Gunung Marapi adalah sentral produksi sayur-sayuran bagi Sumatera Barat dan sekitarnya," sambungnya.

Dia menghimbau masyarakat tetap tenang, tidak terpancing isu-isu menyesatkan. "PVMBG akan menyampaikan peringatan dini lebih lanjut jika kondisi aktivitas gunung meningkat dan membahayakan," pungkasnya.

Saat ini, di beberapa kampung sekitar Gunung Marapi, tanda-tanda untuk jalur evakuasi sudah terpasang, sehingga hal ini memudahkan dalam tindakan evakuasi nantinya.(OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya