Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
SRI Sultan Hamengku Buwono X mengajak seluruh lapisan masyarakat Yogyakarta secara bersama-sama membangkitkan Pancasila melalui Gerak Pancasila dari Yogyakarta untuk Indonesia. Gerak Pancasila itu disimbolkan dengan pita merah putih sebagai lambang semangat kebangsaan serta Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap lestari.
Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan itu di hadapan ribuan orang yang mengatasnamakan Gerakan Rakyat Pancasila (Gerak Pancasila) di Pageralan Keraton Yogyakarta, Kamis (1/6). Gerak Pancasila yang diikuti ribuan warga Yogyakarta tersebut dimulai pukul 15.00 WIB dan berakhir hingga menjelang buka puasa.
Selain peserta umum, kegiatan ini juga diikuti pelajar SLTA dan mahasiswa yang ada di Yogyakarta. Peserta mengenakan pita merah putih sambil menunggu acara dimulai. Para pelajar SLTA dari berbagai sekolah di daerah tersebut tidak henti-hentinya melantunkan lagu-lagu kebangsaan.
Lebih lanjut Sultan mengatakan bahwa amendemen Undang-Undang Dasar 1945 merupakan penyebab degradasi nilai Pancasila saat ini. Untuk bisa mengembalikan nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa, Sultan minta pemerintah segera mewujudkan bertahap sila-sila dari bawah.
Adanya amendemen UUD 1945 hingga empat kali juga dinilainya merupakan penyebab lunturnya nilai Pancasila.
"Amendemen UUD 1945 ini, mengakibatkan perubahaan substansi sumber hukum negara kita yang menyimpang dari Pancasila," ujar Ngarsa Dalem, panggilan akrab Sri Sultan Hamengku Buwono X. "Di mana perubahan Ayat 2 yang menyatakan, kedaulatan rakyat berhenti di tangan Presiden dan DPR menjadikan kesejahteraan rakyat tidak lagi berdasarkan pada sila Ke-5 maupun alenia ke-4 pembukaan, tapi pada realisasi demokrasi," tambah Sultan.
Kondisi pembiaran dari pemerintah, lanjut dia, akhirnya melahirkan virus-virus pesimisme, apatisme, dan fatalisme. Virus pesimisme ini menyebabkan penurunan dan daya kekebalan kolektivitas dalam menghadapai tantangan terbuka globalisasi.
Virus apatisme menginfeksi kebanggaan akan jati diri bangsa, sehingga menjadikan orang saudara sebangsa setanah air tidak lagi saling peduli. Virus fatalisme, menurut Sultan, merupakan virus yang mematikan saraf tendon dan saraf semangat keindonesiaan.
Virus inilah yang melahirkan politik identitas berwajah agama yang menaifkan kebhinnekaan dan jalan ini dianggap ‘way of life’ bagi banyak orang sehingga ketika ada yang berbeda maka sah untuk disikat.
"Bahkan lunturnya nilai Pancasila ini menimbulkan disorientasi kebangsaan di kalangan pelajar. Dari penelitian Ifa Hanifah Miscbah pada 2013, sebanyak 9,8% dari seluruh pelajar SMA di Indonesia setuju pada gerakan ISIS (Islamic State). Ini menjadikan saya miris,” lanjut Sultan.
Sultan juga mengambarkan, saat ini kondisi bangsa Indonesia ibarat pertunjukan wayang yang tidak melalui ‘Suluk ki Dalang’ yang penuh dengan nasihat menyejukkan. Namun langsung kepada ‘Greget Saut’ dan ‘Goro-goro’ yang mana setiap orang merasa benar dan menang sendiri.
Untuk memperbaiki kondisi bangsa, Sultan mengajak pemerintah untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dari anak tangga terbawah, dimulai dari sila ke-5. Di mana saat 'Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia' dalam bidang ekonomi menjadi tuntutan fundamental, sedangkan kesenjangan sosial akan melahirkan berbagi permasalah kompleks.
Saat keadilan terwujud, maka finalisasi keterwujudan sila ke-4, ke-3, ke-2, dan ke-1 akan berjalan sempurna dan semakin memperkokoh persatuan serta kesatuan bangsa.
"Karena itu lah, saya mengajak masyarakat DI Yogyakarta untuk bersama membangkitkan ‘Gerak Pancasila dari Yogya Untuk Indonesia’ yang disimbolkan dengan pita merah putih sebagai lambang semangat kebangsaan serta NKRI tetap lestari," kata Sultan. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved